Tim Pengabdian Masyarakat ITB Bantu Desa Batukaras Penuhi Sebagian Besar Indikator Tsunami Ready UNESCO

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

 

BANDUNG, itb.ac.id – Selain memiliki kekayaan alam yang melimpah, bencana alam menjadi tantangan tertentu bagi Indonesia. Salah satu bencana alam tersebut adalah tsunami. Beberapa kali bencana tersebut melanda Indonesia seperti tsunami Aceh 2004 dan tsunami di Selatan Jawa 2006.

Pada tahun 2006, tsunami tersebut melanda beberapa daerah, salah satunya Kabupaten Pangandaran. Semua orang tentu tidak berharap kejadian ini kembali terulang sehingga menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, setiap daerah, terutama yang berada di dekat laut, harus berstatus Tsunami Ready agar dapat mengantisipasi jika terjadi tsunami.

Pada Maret-Juli tahun lalu, Tim Pengabdian Masyarakat LPPM ITB yang diketuai oleh Dr. rer. nat Wiwin Windupranata membantu Desa Batukaras, Kabupaten Pangandaran untuk mendapat rekognisi sebagai Desa Tsunami Ready dari UNESCO. Untuk mencapai rekognisi tersebut, ada 12 indikator yang harus dipenuhi oleh Desa Batukaras. Berikut 12 indikator tersebut.

1. Penetapan wilayah bahaya tsunami dan masyarakat memiliki peta bahaya tsunami
2. Masyarakat memiliki informasi perkiraan jumlah orang yang berada di wilayah bahaya tsunami
3. Masyarakat menempatkan informasi publik tentang tsunami di wilayahnya
4. Masyarakat memiliki inventaris dari sumberdaya ekonomi, infrastruktur, politik dan sosial untuk pengurangan risiko bahaya tsunami di tingkatnya
5. Masyarakat memiliki peta evakuasi tsunami yang mudah dimengerti, yang disusun bersama dengan pihak berwenang berkolaborasi dengan masyarakat
6. Masyarakat mengembangkan dan mendistribusikan materi Pendidikan dan Kesiapsiagaan
7. Menyelenggarakan kegiatan Pendidikan dan Kesiapsiagaan paling tidak 3 kali setahun
8. Masyarakat melaksanakan pelatihan tsunami paling tidak dua tahun sekali
9. Masyarakat memiliki rencana operasi darurat tsunami
10. Masyarakat memiliki kapasitas untuk mendukung pelaksanaan tanggap darurat tsunami
11. Masyarakat memiliki kemampuan menerima peringatan dini 24/7 dengan berbagai cara yang andal
12. Masyarakat memiliki kemampuan menyampaikan peringatan dini ke publik 24/7 dengan berbagai cara yang andal.

“Sebagian besar indikator Tsunami Ready UNESCO telah dipenuhi Desa Batukaras, Pangandaran, Jawa Barat,” ujar Wiwin Windupranata sebagaimana ditulis pada Rekacipta ITB di Media Indonesia edisi 11 April 2023.

Dari 12 indikator di atas, terdapat delapan indikator yang sudah dipenuhi oleh Desa Batukaras. Sementara itu, tiga indikator masih harus ditingkatkan. Tiga indikator tersebut adalah indikator 3, 11, dan 12.

Indikator 3 masih harus ditingkatkan karena kondisi penanda di lapangan yang cepat berubah, sementara itu indikator 11 dan 12 harus ditingkatkan karena terlalu bergantung terhadap jaringan internet. Seperti yang diketahui, saat terjadi bencana jaringan internet bisa saja tidak tersedia.

Namun, terdapat satu indikator yang belum dipenuhi, yaitu indikator 5. Desa Batukaras sendiri belum memiliki peta jalur evakuasi yang mudah dipahami oleh masyarakat. “Peta evakuasi tsunami memang merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana tsunami saat terjadi,” jelas Wiwin Windupranata pada Rekacipta ITB.

Untuk memenuhi indikator tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat LPPM ITB membantu pembuatan peta jalur evakuasi bencana tsunami. Dari peta yang sudah dibuat, dilakukan validasi dengan survei lokasi di lapangan. Dari survei tersebut didapat 5 titik awal evakuasi, 5 tempat evakuasi sementara (TES) sebagai titik akhir evakuasi, dan 2 metode evakuasi.

Sebelumnya, pengabdian di Desa Baturakas berawal dari pengajuan Kepala Desa Batukaras, Hadi Somantri. Hadi berharap desanya juga bisa mendapatkan rekognisi sebagai Desa Tsunami Ready seperti Desa Pangandaran dan Desa Panggarangan yang sebelumnya berhasil mendapatkan rekongnisi tersebut.

*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB, tulisan selengkapnya dapat dibaca di laman https://pengabdian.lppm.itb.ac.id

Reporter: Kevin Agriva Ginting, GD’20

Dok. ITB