Buat Aplikasi Mitigasi Bencana, Zola Saputra Raih Prestasi di Ajang Esri Young Scholar Award 2022
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id –Mahasiswa Institut Teknologi Bandung dari Program Studi Geodesi dan Geomatika, Zola Saputra, melakukan penelitian terkait edukasi mitigasi bencana melalui aplikasi. Aplikasi tersebut bisa menampilkan informasi dalam bentuk virtual reality. Aplikasi ini juga memungkinkan masyarakat bisa melihat ketinggian tsunami di sekeliling mereka.
“Kalau ada masyarakat di daerah Pangandaran yang terdampak, mereka juga bisa tahu shelter terdekat mana yang bisa mereka tuju,” jelas Zola terkait hasil risetnya.
Riset dengan judul “MIGAMI (Mitigasi Bencana Tsunami) - An AR&VR Mobile Application using Artificial Intelligence for Tsunami Mitigation” itu berhasil membuat Zola meraih juara 2 (runner up) pada kompetisi Esri Young Scholar Award 2022.
Esri Young Scholar Award merupakan kompetisi yang diadakan oleh perusahaan ESRI, perusahaan yang merupakan penyedia perangkat lunak terkenal seperti ArcGIS, ArcMap, dll. Pada kompetisi ini, Muhammad Faisal Anshory, Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika ITB yang meraih juara 1.
Dengan adanya penelitian ini, Zola ingin membuat masyarakat yang resilien akan tsunami dan tangguh ketika ada bencana sejenis. Untuk menjadi tangguh, dibutuhkan pelatihan yang dilakukan terus-menerus. Pelatihan tersebut harus mirip dengan kondisi aslinya. “Jadi, semoga manfaat aplikasi ini bisa diimplementasikan ke masyarakat, dimulai dari Pangandaran. Kalau terbukti berhasil, mungkin bisa dipakai di daerah sekitarnya,” ujarnya.
Uniknya, topik ini merupakan Tugas Akhir dari Zola untuk menuntaskan pendidikan sarjananya. Ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Antusiasmenya terkait topik ini berawal dari cerita dosen yang menjelaskan bahwa potensi tsunami di Pangandaran cukup tinggi. Oleh karena itu dia berniat membuat aplikasi mitigasi bencana tersebut.
Ilmu terkait pengembangan aplikasi tidak pernah ia dapat selamat berkuliah. “Jadi topik ini juga jadi keuntungan tersendiri untuk menambah ilmu,” ucap Zola. Kendala dalam presentasi bahasa Inggris cukup membuatnya gerogi. Hal yang pertama baginya melakukan presentasi dalam bahasa Inggris. Tekanan itu bertambah ketika hendak melakukan presentasi di depan para ahli.
Zola berterima kasih pembimbing Dr.rer.nat. Wiwin Windupranata yang telah membimbing penelitiannya itu. Ia juga berpesan kepada semua orang agar mengerjakan suatu hal dengan sepenuh hati dan semangat.
“Sebenarnya tidak ada pekerjaan yang mudah di hidup ini, semuanya pasti butuh perjuangan, walaupun yang kamu usahakan atau gapai itu bisa dibilang sederhana oleh orang lain, tapi kalau kamu bisa jalankan itu dengan sepenuh hati dan semangat, itu bisa menjadi proses menuju hal yang berbuah manis,” pesannya di akhir wawancara.
Reporter : Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)