Muhammad Firman Nuruddin: Jadi Mapres ITB adalah Bentuk Pengenalan Diri
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Berprestasi secara holistik merupakan hal yang diusahakan oleh Muhammad Firman Nurrudin (Oseanografi, 2018) selama berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini menyadari bahwa prestasi tidak hanya berputar di sekitar IPK, tetapi juga meliputi kontribusi yang bisa diberikan ke lingkungan, masyarakat, kampus, nasional, maupun internasional.
Firman dinobatkan sebagai Juara 3 Mahasiswa Berprestasi tingkat ITB tahun 2021. Perasaan penuh syukur dan tidak menyangka dirasakan karena ia pernah merasa sulit beradaptasi saat Tahap Persiapan Bersama (TPB), tetapi ia mampu menyisihkan teman satu jurusan dan fakultasnya dalam seleksi mahasiswa berprestasi, baik tingkat program studi, maupun tingkat fakultas.
Firman memiliki prestasi dari berbagai kompetisi, seperti Juara 1 dalam Esri Young Scholar Award 2021 dan pemenang medali emas di bidang Riset dan Presentasi Poster dalam kompetisi ICYS 2018. Berbagai penghargaan lainnya juga menjadi pencapaian Firman selama tiga tahun ke belakang.
Dalam berkemahasiswaan, Firman diberi kesempatan untuk menjadi Dirjen Program Insiasi Karya di Kementerian Koordinator Karya Inovasi KM ITB Kabinet Arunika. Ia bersama teman-temannya merancang rangkaian webinar design thinking, pitching, dan social innovation dalam rangka menumbuhkan semangat berkarya mahasiswa ITB di masa pandemi. Ia juga menjadi anggota Event Division di SIAM (Society for Industrial and Applied Mathematics) dengan fokus modelling gelombang laut.
Selain akademik dan kemahasiswaan, Firman juga mengembangkan diri dalam kegiatan pengabdian masyarakat, seperti mengajar di Asrama Mengajar ITB dan mengajar di Desa Labuang Kallo, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Ia merasakan sendiri bahwa pendidikan memberi kesempatan kepada underpreviledge dalam mengembangkan diri. Ada kepuasan pribadi saat ia bisa berdampak dan membantu teman-teman di daerah dalam memperjuangkan cita-cita mereka.
Dalam berkuliah, Firman juga pernah mengalami burnout dan fotografi menjadi cara Firman me-refresh pikiran. Ia juga mengevaluasi diri sekaligus mencari strategi berupa hal yang bisa ia lakukan untuk mengembangkan kapasitas dan batas diri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang ia pegang sejak SMA, yaitu “disiplin pribadi menumbuhkembangkan kreativitas”. Firman pun mengapresiasi diri dengan sesekali jalan-jalan, makan makanan enak, dan berinteraksi dengan orang yang kurang beruntung. Ia kembali bersemangat dalam berprestasi agar bisa membantu orang-orang di sekitarnya.
Menurutnya, kunci keberhasilan terletak pada proses mengenal diri sendiri, dan proses mencari hikmah dari setiap kejadian.
“Kita bisa dapat pelajaran dan value yang sustain daripada sekadar indeks. Value ini yang bisa jadi bekal dan long term. Gimana caranya kita bisa jadi infinity jar. Gelas yang tidak kosong, tetapi selalu siap untuk diisi. Kuncinya di situ.” ujarnya.
Setelah lulus dari ITB, Firman berencana menjadi konsultan coastal development dalam rangka berkontribusi dalam optimasi potensi kelautan Indonesia. Selain itu, ia juga berencana merintis start up di bidang budidaya rumput laut serta membuat laboratorium kelautan sehingga anak-anak Indonesia dapat belajar tentang kemaritiman negaranya sendiri.
Semangat menantang diri dan berusaha mengontrol segala hal yang ia kerjakan membuat Firman mengetahui batas optimum dirinya, yaitu saat ia mencapai targetnya. Untuk sampai di titik ini, Firman menyadari bahwa dukungan dari orang tua, solidaritas angkatan, serta dorongan teman menjadi modal ia beradaptasi dan berprestasi.
Reporter: Mirmanti Cinahya Winursita (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)