Budaya Ilmiah Unggul ITB: Masa Lalu, Kini, dan Tantangan ke Depan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Budaya Ilmiah Unggul menitikberatkan pada perilaku berbasis semangat keilmuan, kebenaran dan kejujuran, serta semangat untuk menghasilkan karya yang unggul. Demikian disampaikan oleh Dr. Ir. Grandprix Thomryes Marth Kadja, M.Si., dalam acara Studium Generale KU-4078 perdana pada semester II tahun akademik 2022/2023.

Studium Generale ITB kali ini dilaksanakan secara luring di Aula Barat, Kampus ITB, Jl. Ganesha, Rabu (18/1/2023). Dr. Granprix memaparkan tentang Budaya Ilmiah Unggul ITB di Masa Lalu, Kini, dan Tantangan ke Depan.

Doktor termuda se-Indonesia itu merupakan Sekretaris Lembaga Pengembangan Ilmu dan Teknologi ITB (LPIT ITB) dan juga dosen dari Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB (FMIPA ITB). Dr. Grandprix juga merupakan dosen terbaik pada bidang penelitian di FMIPA ITB pada tahun 2021 dan juga dosen terbaik dari top 10 dosen muda dengan publikasi Q1 terbanyak di ITB sepanjang tahun 2019 hingga 2022.

Dr. Grandprix memulai pemaparan materinya dengan menjelaskan tentang Lembaga Pengembangan Ilmu dan Teknologi ITB (LPIT ITB). LPIT ITB merupakan lembaga yang mewadahi pusat penelitian yang ada di ITB.

“Fokus penelitian yang diwadahi oleh LPIT ITB di antaranya adalah teknologi informasi dan komunikasi, pangan dan kesehatan, transportasi dan energi, serta kewilayahan dan kebencanaan. LPIT ITB juga membawahi science and technology park yang menyediakan ekosistem sebagai jangkar hilirisasi dari produk invensi menjadi produk inovasi,” ujarnya.

Saat itu, science and technology park (STP) Ganesha sudah beroperasi sejak tahun 2022 dan STP Gedebage ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2024.
Memahami Budaya Ilmiah Unggul ITB

Budaya Ilmiah Unggul ITB sejatinya telah dibangun dan dikuatkan pondasinya sejak satu abad yang lalu. Bermula dari masa penjajahan Belanda, didirikan perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia dengan nama De Technische Hogeschool te Bandung (TH Bandung) pada tahun 1920. Salah satu tokoh utama peletak budaya ilmiah unggul ITB pada era TH Bandung adalah Prof. Dr. Jacob Clay. Ia adalah rektor kedua TH Bandung.


Jacob Clay sebagai rektor kedua TH Bandung pada tahun 1927 berperan besar pada pembuktian dan penyelesaian “perang saintifik” antara dua peraih nobel yaitu Milikan dan Compton. Milikan dan Compton memperdebatkan tentang sinar kosmik.

Milikan berpendapat bahwa sinar kosmik merupakan gelombang elektromagnetik, sementata itu Compton berpendapat bahwa sinar kosmik merupakan partikel bermuatan. Melalui perdebatan besar tersebut, Jacob Clay hadir untuk membuktikan kebenarannya melalui eksperimen yang dimuat dalam sebuah jurnal berjudul “Proceedings of the Sections of Science”. Eksperimen ini dilaksanakan di Bosscha, Bandung. Jacob Clay melaporkan bahwa intensitas sinar kosmik dapat berubah dan berbeda tergantung pada ketinggian posisi. Hasil eksperimen ini menguatkan pendapat Compton.

“Melalui terobosan besar dan pergerakan Jacob Clay, budaya ilmiah unggul di ITB menjadi semakin kuat, besar, dan berkelanjutan. Budaya ilmiah unggul yang ditanamkan oleh Jacob Clay menghasilkan perilaku berbasis keilmuan, kebenaran, dan kejujuran, serta semangat untuk menghasilkan karya yang unggul,” tegas Grandprix.

Budaya ilmiah unggul kini menjadi roh bagi ITB hingga saat ini. Melalui penanaman budaya ilmiah unggul, ITB terus bertumbuh dan berfokus pada peningkatan kualitas inovasi, publikasi penelitian, serta lulusan dan stafnya. Contoh konkritnya, secara keseluruhan kualitas ITB terus meningkat. Hal ini dibuktikan melalui ranking QS World University Ranking ITB yang meningkat dari posisi 470 pada tahun 2014 hingga posisi 235 pada tahun 2023. Selain itu, jumlah publikasi jurnal Q1 ITB juga selalu meningkat sejak tahun 2019 hingga tahun 2022. Bukan hanya itu, persentase publikasi jurnal Q1 ITB juga lebih tinggi daripada berbagai perguruan tinggi ternama lainnya di Indonesia.

Namun, ITB juga harus menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Berbagai aspek dari budaya ilmiah unggul ITB seperti sinergi dan kolaborasi riset, akademik, dan kemitraan harus diperkuat. Selain itu, kualitas publikasi ilmiah, kualitas keilmiahan inovasi dan pengabdian masyarakat serta keilmuan strategis ITB harus terus diperkuat. “Terakhir, kita juga harus selalu ingat bahwa ITB besar karena mahasiswanya, jangan dibalik, jangan take it for granted,” kata Dr. Grandprix.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)