ITB Gelar Lokakarya Menuju Budaya Ilmiah Unggul bersama UI, UGM, dan LPDP

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Gebyar Budaya Ilmiah Unggul di Aula Timur ITB Kampus Ganesha, Rabu (20/09/2023). Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa mata acara, di antaranya gelar wicara, sesi berbagi pengalaman dosen muda ITB, dan lokakarya menuju budaya ilmiah unggul. Sejumlah tamu undangan internal dan eksternal ITB turut meramaikan acara secara langsung ataupun daring.

Sesi lokakarya Menuju Budaya Ilmiah Unggul mendatangkan tiga orang pembicara yang kompeten dari pihak eksternal ITB, yaitu Direktur Riset dan Pengembangan Universitas Indonesia, Munawar Khalil, Ph.D., Direktur Penelitian Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Mirwan Ushada, dan Direktur Fasilitas Riset LPDP, Ir. Wisnu S. Soenarso, M.Eng., yang dimoderasi Ketua LPIK ITB, Ir. R. Sugeng Joko Sarwono, M.T., Ph.D.

Budaya ilmiah unggul memfokuskan pada perilaku berbasis semangat keilmuan, kebenaran, serta semangat untuk menghasilkan karya yang unggul. Peran perguruan tinggi sebagai pelaksana penelitian menjadi sangat penting untuk mewujudkannya.

Deretan teratas Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) yakni ITB, UGM, dan UI memiliki strategi masing-masing untuk menuju budaya ilmiah unggul. Pada lokakarya ini, masing-masing PTNBH rekanan ITB tersebut membagikan strateginya masing-masing.

Universitas Indonesia (UI) menerapkan strategi untuk mewujudkannya dengan mengimplementasikan 6 strategi utamanya dengan memprioritaskan riset secara spesifik berdasarkan kemampuan. Dengan mengetahui prioritas, UI kemudian memberdayakan talenta-talenta yang akan menjalankannya menjadi unggul. Kegiatan riset pada dasarnya tidak bisa dilakukan sendiri sehingga perlu adanya strategi kolaborasi dengan mitra terkait. Barulah setelah itu strategi-strategi pendukung lainnya dilakukan seperti pengadaan infrastruktur dan pendanaan, pembentukan budaya yang suportif, dan riset translational.

“Kalau ingin mewujudkan budaya ilmiah unggul, persepsinya harus sama yakni ‘It’s a marathon, not a sprint’,” ujar Munawar Khalil, S.Si., M.Eng.Sc., Ph.D.

Pihak Universitas Gadjah Mada menambahkan strategi yang mereka bawa yakni berfokus pada dampak dari riset yang dilakukan melalui inovasi. Inovasi berarti secara praktis membuat produk untuk menjawab permasalahan tertentu. Tahapan-tahapan mengembangkan produk meliput invensi, inovasi, dan produksi. Langkah-langkah ini sejalan dengan strategi untuk menuju budaya ilmiah yang unggul melalui pemikiran yang kritis berbasis pemecahan permasalahan yang ada.

Prof. Mirwan mengatakan bahwa kebutuhan manusia penuh dinamika dan ketidakpastian sehingga perlu adanya kolaborasi yang kuat. Cara yang bisa dilakukan adalah mengombinasikan multidisipin ilmu dari latar belakang yang beragam. Harapannya strategi menuju budaya ilmiah unggul tidak hanya difokuskan pada PTNBH, tetapi juga akan melibatkan PT-PT yang lain baik negeri maupun swasta.

Cita-cita budaya ilmiah unggul didukung penuh oleh LPDP sebagai salah satu penyedia dana hibah penelitian terbesar. Beberapa program yang ditawarkan LPDP yakni RISPRO Kompetisi, RISPRO Invitasi, RISPRO Kolaborasi Internasional, dan RISPRO Mandatori. Kriteria yang diharapkan utamanya adalah memiliki keluaran (outcome) yang jelas dalam menjawab permasalahan dan memiliki faktor hilirisasi keberhasilan TKT (Tingkat Kesiapan Teknologi) yang potensial. ITB sebagai penerima dana hibah terbesar dari LPDP, memberikan sumbangsih yang nyata dalam menjawab permasalahan masyarakat melalui riset dengan tingkat TKT yang mumpuni.

Budaya ilmiah yang unggul memang harus mulai terbangun di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik melalui riset. Dalam mewujudkannya, di era sekarang harus lebih memperkuat kolaborasi multipihak supaya bisa saling melengkapi kemampuan masing-masing supaya tujuan pemecahan masalah bisa terwujud.

Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin/FTMD, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh