Buku Perencanaan Wilayah dalam Konteks Indonesia oleh Alumnus Wanita Pertama Perencanaan Wilayah dan Kota ITB
Oleh Ria Ayu Pramudita
Editor Ria Ayu Pramudita
Berlakunya pasar bebas, baik pada tingkat dunia yang diawali oleh pemberlakuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) maupun pada tingkat regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta berkembangnya penanaman modal selain di negara asal perusahaan (Foreign Direct Investment, FDI) merupakan beberapa bukti bahwa globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi. Banyak sumber bacaan yang menyatakan bahwa globalisasi ini merupakan hal yang positif, di mana sumber bacaan tersebut banyak berasal dari negara-negara maju yang nampaknya memang menikmati dampak-dampak positif dari fenomena ini. Namun, apakah yang dikatakan bagus oleh negara maju, pada dasarnya juga baik untuk negara berkembang?
Siti Sutriah menyadari hal tersebut dalam proses penulisan buku 'Perencanaan Wilayah dalam Konteks Indonesia' yang diluncurkan pada Selasa (08/01/13). Buku ini disusun berdasarkan kerangka kuliah perencanaan wilayah di SAPPK ITB yang merupakan hasil karya bersama para pengajar mata kuliah ini. Buku ini terbagi ke dalam empat bagian, yaitu pengertian perencanaan wilayah, teori perencanaan wilayah yang membahas mengapa suatu wilayah tumbuh dan berkembang, konsep perencanaan wilayah yang membahas bagaimana menjadikan suatu wilayah tumbuh sebagaimana yang diinginkan, serta studi kasus Indonesia. Dalam studi kasus ini, ia memaparkan sejumlah fenomena yang berbeda dengan anggapan-anggapan bahwa globalisasi mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara.
"Pada studio wilayah angkatan 2006, terungkap bahwa kecamatan-kecamatan paling miskin di Kabupaten Sukabumi adalah kecamatan-kecamatan di Perusahaan Modal Asing (PMA) berlokasi," paparnya. Dia juga memaparkan bahwa Kabupaten Bekasi, yang merupakan pusat PMA tidak hanya di Jawa Barat, namun juga Indonesia, adalah kabupaten dengan tingkat penduduk prasejahtera terbesar ketiga di Jawa Barat. Padahal, Kabupaten Bekasi merupakan kabupaten dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di Jawa Barat, dengan kontribusi sektor industri sebesar 60%. "Jadi, siapa yang menikmati PDRB yang besar tersebut?" tanyanya.
Siti Sutriah merasa perlu untuk menyediakan alternatif berpikir bagi masyarakat Indonesia, tidak hanya berdasarkan pola pikir negara maju saja, namun juga dengan pola pikir kita sendiri. Untuk itu, ia berencana untuk melakukan riset lebih lanjut untuk memberikan sumbangsih opininya dalam sebuah buku lain. "Saya pikir, saya harus mengerti dengan benar, bagaimana sebetulnya pengaruh globalisasi (pada) khususnya, pemikiran-pemikiran negara maju (pada) umumnya, terhadap negara berkembang. Menurut kacamata negara berkembang, bukan negara maju," jelasnya dalam sambutan yang diberikan pada acara peluncuran tersebut di Ruang Seminar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB tersebut.
Bertepatan dengan Hari Jadi ke-70
Usia yang sudah tidak muda lagi tidak menghalangi Siti Sutriah untuk produktif. Buku kedua yang diluncurkan setelah 'Perencanaan Wilayah di Indonesia pada Masa Sekitar Krisis' ini diluncurkan bertepatan dengan hari jadinya yang ke-70, disaksikan oleh civitas akademika SAPPK ITB, PWK dari berbagai institusi, dan orang-orang terdekat. Dalam peluncuran ini dilaksanakan juga bedah buku yang dilakukan oleh Dr. Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng (Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Hubungan Antar Lembaga) dan Prof. Dr. Ir. Tommy Firman, M.Sc (Guru Besar PWK ITB). Dengan diluncurkannya buku ini, bertambahlah khazanah pengetahuan Indonesia yang menjadi modal bagi generasi muda untuk membangun bangsa.
Sumber foto: SAPPK ITB