Ceramah Tarawih Anies Baswedan di Masjid Salman ITB: Membangun Demokrasi Melalui Pemikiran Kritis

Oleh Syabina Er Said - Mahasiswa Teknik Dirgantara, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id — Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022 mengisi ceramah di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (8/3/2025). Dalam ceramahnya, beliau mengatakan bahwa masjid bukan hanya tempat sujud dan doa, tetapi juga ruang untuk bertukar gagasan yang membangun. Masjid harus menjadi tempat untuk menyebarkan nilai-nilai keadilan, mencerdaskan umat, dan menginspirasi perubahan. Baginya, tempat ibadah harus memiliki peran yang lebih luas dalam membentuk masyarakat yang berpikir dan bertindak bijaksana.

Beliau juga menyampaikan tentang sejarah demokrasi, yang sudah tercatat dalam peradaban Islam, seharusnya menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan zaman. Demokrasi bukan sekadar soal sistem pemerintahan, tetapi lebih kepada ekosistem yang harus terjaga dengan masyarakat yang cerdas, kritis, dan peduli.

Mengutip contoh pemerintahan Rasulullah Muhammad SAW di Madinah, yang menggunakan musyawarah sebagai metode pengambilan keputusan, Anies mengajak umat memahami bahwa demokrasi di Indonesia harus didorong oleh partisipasi aktif dari setiap lapisan masyarakat.

Beliau pun menyampaikan bahwa untuk menjaga ekosistem demokrasi yang sehat, masyarakat harus lebih peduli dan aktif dalam pengambilan keputusan. Jika apatis dan enggan berpikir kritis, demokrasi dapat kehilangan arah. Beliau mengingatkan, berpikir kritis bukan berarti selalu menolak atau mencurigai, tetapi lebih kepada kemampuan untuk memahami secara mendalam dan mengambil keputusan yang tepat.

Beliau juga menyoroti perkembangan teknologi dan bagaimana alat-alat digital kini memainkan peran besar dalam demokrasi modern. Teknologi memungkinkan masyarakat lebih mudah mengakses informasi dan berpartisipasi dalam diskursus politik, namun juga membawa tantangan baru berupa hoaks dan disinformasi yang harus dilawan dengan kemampuan berpikir kritis.

Selain itu, integritas dalam kepemimpinan juga menjadi hal penting. Mengutip para pemimpin visioner seperti Bung Hatta yang tidak hanya membicarakan gagasan, tetapi juga mewujudkannya untuk kepentingan rakyat. Meskipun dunia saat ini menghadapi berbagai masalah seperti bencana alam dan krisis ekonomi, optimisme tetap harus dijaga, karena itulah akar kekuatan bangsa Indonesia.

Optimisme, ujarnya, adalah kekuatan yang mendorong bangsa Indonesia untuk melewati berbagai tantangan. Jangan mudah terjebak dalam pesimisme, karena setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Optimisme ini, menurutnya, harus dimiliki oleh setiap individu, terutama bagi mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan.

Beliau pun berbicara tentang pentingnya generasi muda memahami bahwa setiap kebijakan dan keputusan yang diambil dalam kehidupan sehari-hari, seperti harga pangan, kemacetan, dan pendidikan, semua berakar dari keputusan politik.

Beliau mengingatkan bahwa demokrasi bukanlah hanya urusan para pemimpin atau mereka yang terlibat dalam politik sosial saja. Semua pihak, termasuk mahasiswa teknik, harus peduli dan terlibat aktif dalam proses politik dan pemerintahan. Berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat penting untuk menguji kebijakan, memverifikasi informasi, dan menyuarakan pendapat dengan bijak.

Pada akhir ceramah, beliau mengajak mahasiswa ITB tidak hanya terpaku pada jurusan masing-masing, tetapi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dapat diterapkan dalam segala bidang, termasuk dalam dunia politik dan pemerintahan. "Demokrasi memerlukan pengawasan, kritik, dan keterlibatan aktif dari seluruh elemen masyarakat," ujarnya.

Reporter: Syabina Er Said (Teknik Dirgantara, 2020)

#salman itb #masjid salman #ceramah ramadan #anies baswedan