Awali Ramadan, Masjid Aljabbar ITB Gelar Kajian Bersama Muzammil Hasballah

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Foto: Ardiansyah Satria Aradhana

SUMEDANG, itb.ac.id — Mengawali bulan Ramadan, mahasiswa ITB yang tergabung dalam Panitia Ramadan Masjid Aljabbar (PRAMA) ITB 1444 H menyelenggarakan Kajian Ramadan bersama Qari dan Dai Internasional Muzammil Hasballah pada Kamis (23/3/2023).

Bertepatan dengan 1 Ramadan 1444 H dan berlokasi di Masjid Aljabbar ITB Kampus Jatinangor, kegiatan ini untuk pertama kalinya kembali digelar secara tatap muka setelah lebih dari 2 tahun tidak dilaksanakan karena pandemi.

PRAMA ITB 1444 H mengusung tema “Memantik Semangat Ramadan Berkelanjutan” dengan harapan bahwa semangat dan kebiasaan baik yang telah dibangun selama bulan Ramadan dapat terus berlanjut setelah bulan Ramadan usai. Kegiatan kajian diawali dengan tilawah Al-Qur’an yang dibawakan oleh dua anak peserta Tahfidz Qur’an Aljabbar (TQA).

“Dengan berkolaborasi bersama, tidak hanya dari ITB, kami juga melibatkan banyak mahasiswa dan masyarakat sekitar Jatinangor, bahkan hingga Bandung,” ujar Ketua PRAMA ITB 1444 H Sabata Yepetri.

Sabata menjelaskan bahwa pemilihan pemateri kajian dilakukan melalui diskusi bersama terhadap hasil analisis kondisi jamaah masjid di mana sebagian besar adalah mahasiswa.

“Salah satu harapannya adalah bisa mengisi Ramadan dengan ibadah yang paling baik,” tutur penanggung jawab Kegiatan Ramadan DKM Masjid Aljabbar ITB, Mahmudin S.P.

Muzammil Hasballah membuka materi dengan menjelaskan bahwa secara umum terdapat enam keutamaan Ramadan di antaranya yaitu merupakan tamu yang istimewa, bulan yang penuh dengan keberkahan, dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, diikatnya setan-setan yang durhaka, dan terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

“Sayang banget kalau kita ga ketemu lailatul qadr. Cara ketemu laillatul qadr gimana, iktikaf di masjid, menghidupkan malam dengan sholat, membaca qur’an,” terang Muzammil, Alumni Teknik Arsitektur ITB tahun 2011.

Foto: Ardiansyah Satria Aradhana

Pria asal Banda Aceh itu juga menjelaskan bahwa Ramadan identik dengan berpuasa yang memiliki segudang manfaat bagi tubuh baik fisik maupun jiwa. Secara fisik puasa dapat membuat tubuh menjadi lebih sehat. Saat puasa, tubuh menormalkan kembali kadar gula, serta melancarkan sirkulasi darah.
“Puasa bisa meregenerasi sel-sel tubuh dan sel-sel kulit, nah jadi buat emak-emak nih, buat para ibu muda kalau mengeluh biaya skincare semakin mahal, puasa itu bisa jadi solusi,” ungkap Muzammil.

Selain raga, dampak puasa justru lebih banyak dirasakan oleh hati dan jiwa. “Jangan lupa berbagi karena ibadah puasa itu melatih kepekaan sosial kita. Saat kita lapar dan haus, itulah setetes penderitaan nasib fakir, miskin, yatim, dhuafa, yang mereka rasakan mungkin lebih daripada kita. Makanya kita harus gemar memberi dan berbagi karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pribadi yang dermawan, di bulan Ramadan bertambah-tambah kedermawanan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,” jelas Muzammil.

Sebelum menutup sesinya, Muzammil mengingatkan untuk menjalani Ramadan dengan hati yang bahagia, senantiasa mendekatkan diri dengan Allah, memperbanyak tilawah dan tadabbur Al-Qur’an beserta terjemahnya, serta selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Muzammil berpesan kepada mahasiswa untuk berusaha dekat dengan masjid dan salat lima waktu di masjid. Hidup akan menjadi berkah bila dekat dengan masjid.

Reporter: Ardiansyah Satria Aradhana (Rekayasa Pertanian, 2020)