Cerita Nurhayati Subakat dalam Menjalankan Bisnis Kosmetik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Dr. (HC) Nurhayati Subakat saat mengisi Inspiring Talk di ITB. (Foto: Ahmad Fadhil/Humas ITB)


BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan Inspiring Talk bersama CEO PT. Paragon Technology and Innovation, Nurhayati Subakat, di Gedung Center of Research and Community Service (CRCS) ITB lantai 3, Rabu (25/9/2019). Dalam acara tersebut, Nurhayati menceritakan jatuh bangun dirinya dalam mendirikan bisnis kosmetik.

Nurhayati adalah alumni Farmasi ITB yang meraih gelar doktor kehormatan (Honoris Causa) dari ITB. Ia meraih sarjana Farmasi pada tahun 1975 dengan predikat lulusan terbaik. Predikat itu tetap ia pertahankan saat mengenyam pendidikan profesi apoteker di ITB pada tahun 1976. 

“Walaupun saya berhasil lulus dari ITB dengan predikat terbaik, namun saya bukanlah orang yang beruntung dalam mendapatkan pekerjaan. Saya kerap kali ditolak saat melamar kerja dan itu berkali-kali. Awalnya saya bercita-cita menjadi dosen, namun saya ditolak. Memang setiap kemauan kita belum tentu kemauan Allah namun kita jangan kecewa atas jalan-Nya,” kenang Nurhayati.

Ia pun sempat menjadi apoteker di sebuah rumah sakit di Bandung namun tak bertahan lama karena hijrah ke Jakarta setelah menikah dengan suaminya. Nurhayati mencoba mencari kerja kembali setelah menetap di Jakarta. Nasib baik menghampiri dirinya ketika ada perusahaan kosmetik multinasional yang membuka lowongan pekerjaan apoteker. “Saya langsung mendaftar dan saya diterima. Saat itu saya sudah berpuas diri karena saya akhirnya mendapatkan kerja yang saya inginkan dengan gaji yang lumayan,” ujarnya.

Beberapa tahun kemudian, Nurhayati keluar dari tempat kerjanya karena harus mengurus anak. “Dengan berbekal ilmu yang didapatkan saat kuliah dan pengalaman kerja, saya bertekad membuka usaha kosmetik yang berkualitas dengan harga bersaing,” ungkapnya. Akhirnya, pada 1985 PT. Pusaka Tradisi Ibu didirikan dengan brand pertama Putri sebagai haircare untuk professional salon.

Cerita Lahirnya Paragon

Produk kecantikan Nurhayati mendapatkan hati bagi para konsumennya sehingga bisnisnya terus berkembang hingga pada 1990 ia mendapatkan musibah. Pabrik dan kantor PT. Pusaka Tradisi Ibu terbakar dan dililit hutang. “Saat itu saya harus menghadapi kenyataan untuk tetap meneruskan bisnis ini atau tidak melanjutkan. Saya teringat oleh almarhum ayah saya yang memiliki prinsip bahwa setiap kesusahan pasti ada kemudahan dan akhirnya saya mendapatkan kredit bank untuk menjalankan bisnis ini,” kenangnya.

*Foto: Ahmad Fadhil/Humas ITB

Usaha kosmetiknya pun semakin berkembang hingga Wardah lahir pada tahun 1995. Wardah merupakan pelopor kosmetik halal di Indonesia. Sempat terkena dampak krisis moneter 1998 namun bisnisnya dapat bertahan dan terus berkembang hingga lahirnya MAKE OVER pada tahun 2010. “Dengan dibantu anak saya, bisnis ini terus berkembang hingga pada 2011 PT. Pusaka Tradisi Ibu berubah nama menjadi PT. Paragon Technology and Innovation dan salah satu produk andalan kami, Emina lahir pada 2014,” jelasnya.

Nurhayati beranggapan bahwa nama besar perusahaannya ini merupakan kerja keras dari semua pihak yang terlibat, terutama generasi muda. Kini, PT. Paragon Technology and Innovation memiliki 11.000 karyawan. “Usaha ini besar karena kontribusi dari para pekerjanya dan salah satunya generasi muda yang ikut menjalankan bisnis ini. Mereka yang muda ini sebagai inovator dan konseptor sehingga kami akan terus melakukan peningkatan-peningkatan di masa depan,” tuturnya.

Selain itu, PT. Paragon Technology and Innovation juga bertekad memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dalam empat pilar yaitu pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan. “Kami menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi, masyarakat umum, serta melakukan aktivitas sosial dalam bidang pemberdayaan perempuan sehingga bisnis ini bisa bermanfaat bagi banyak orang,” tegasnya.

Nurhayati memberikan saran kepada para generasi muda untuk produktif dan sukses. “Nilai yang saya pegang adalah ketuhanan, yang berarti kita memiliki pemikiran bahwa hidup memang sudah diatur namun kita harus tetap berusaha. Lalu kepedulian, suka berbagi ilmu, kesederhanaan, rajin, disiplin, mau bekerja keras serta memanfaatkan kemudahan yang ada di zaman sekarang. Saya percaya generasi sekarang lebih hebat dari generasi sebelumnya dan semua nilai itu harus dibiasakan dari sekarang,” tuturnya.

*Foto: Ahmad Fadhil/Humas ITB

Acara tersebut dibuka terlebih dahulu oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. Ia mengungkapkan bahwa ITB tengah bergerak dari research university menuju entrepreneurial university dan sosok Nurhayati Subakat merupakan salah satu entrepreneur yang menciptakan banyak lapangan kerja atas bisnis kosmetiknya.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan dukungan dana abadi dari PT. Paragon Technology and Innovation selama 10 tahun ke ITB dengan total dana sebesar 52 milyar rupiah. Penyerahan diberikan oleh Nurhayati Subakat kepada Rektor ITB Prof. Kadarsah Suryadi secara simbolis.

Reporter: Billy Akbar Prabowo (Teknik Metalurgi, 2016)

scan for download