Chemistry for Nation 2011: Usung Tema Green Energy

Oleh Ramasha Shella Gustia

Editor Ramasha Shella Gustia

BANDUNG, itb.ac.id - Chemistry for Nation merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Amisca ITB. Acara ini kembali diadakan pada tahun ini dengan menggelar beberapa rangkaian acara yakni Seminar, Talkshow, dan Expo. Acara yang berlangsung pada hari Jumat (24/11/11) ini mengusung tema Green Energy, yang merupakan salah satu upaya sosialisasi kepada masyarakat bagaimana upaya yang dilakukan dalam menghindari penggunaan zat berbahaya dalam memproduksi zat kimia.
Menurut Mega Ayu Pratiwi (Kimia 2008), ada dua hal yang menjadi landasan diadakannya Chemistry for Nation 2011. Yang pertama yaitu belum optimalnya pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia, padahal Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah. Landasan yang kedua adalah energi terbarukan yang sudah ada sejak dahulu, seperti biodiesel atau bioethanol, belum banyak dilakukan optimalisasi produksi sehingga walaupun banyak bahan yang digunakan, tetapi hanya mengahasilkan energi yang jeuh lebih sedikit dibanding kuantitas bahan-bahannya.

Seminar Green Chemistry

Sesi pertama acara Chemistry for Nation 2011 merupakan seminar yang bertemakan "Green Synergy for better future". Pembicara yang hadir adalah Dr.Hilda Ismail, Msi, Aptk, seorang Professor Assistant di Universitas Gajah Mada (UGM) dan Dr. Rer. Nat. Budiawan selaku pakar toksikologi kimia yang juga menjadi dosen di Universitas Indonesia (UI). Pembicara yang pertama ialah Dr.Hilda Ismail, Msi, Aptk, yang mempresentasikan beberapa teori yang mendalam tentang Green Chemistry. Beliau mengungkapkan tentang dua belas prinsip Kimia Hijau, salah satunya ialah Atom Efisiensi yang merupakan penggunaan seluruh material dalam suatu reaksi kimia tertentu secara maksimal.

Pembicara kedua, Dr. Rer. Nat Budiawan, menjabarkan manajemen bahan kimia menuju Green Chemistry dan Green Industry serta bagaimana peluang yang dapat diterapkan di Indonesia. Menurut beliau pengawasan terhadap bahan kimia di Indonesia masih kurang. Beberapa langkah pengamanan yang diusulkan antara lain penyediaan bahan baku lokal yang berkelanjutan serta peningkatan daya saing.

"Indonesia memiliki sekitar 230 juta penduduk dengan perkembangan IPTEK yang potensial, seharusnya bersinergi dalam berperan dan memanfaatkan bahan-bahan kimia yang ada sehingga menunjang ekonomi dan kesejahteraan. Namun, bahan kimia yang dimasud harus memiliki daya saing dan aman. Lebih dari itu, beliau melanjutkan, bahan kimia yang kita produksi seharusnya seimbang antara manfaat dan resikonya," imbuh Dr. Rer. Nat Budiawan.(nur)