DataTalks SBM ITB: Utilisasi Big Data untuk Bisnis dan Manajemen
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Big data mempunyai potensi besar untuk diolah lebih lanjut. Untuk mendiseminasi cara pengelolaan big data dalam hal perbisnisan, DataLab (Laboratorium Big Data dan Bisnis Analitik) SBM ITB mengadakan webinar DataTalks bertajuk “Big Data Utilisation for Business” pada Jumat (24/6/2022).
Manahan Siallagan, Direktur DataLab SBM ITB, membuka acara dengan harapan dapat memajukan pengetahuan dan membangun mindset orang-orang terhadap penggunaan data dalam bisnis dan manajemen. Bersama narasumber Bagus Rully Muttaqien, webinar ini dapat memberi perspektif mengenai utilisasi data secara praktis bagi organisasi maupun sebagainya.
Rully bekerja sebagai Head of Corporate Presales and Digital Communication di PT SOLUSI247, perusahaan teknologi informasi dan komunikasi yang berkecimpung dalam pemrosesan data berskala besar dan merupakan salah satu pelopor big data di Indonesia. Dia juga aktif dalam bidang akademik sebagai dosen di beberapa universitas dan berorganisasi dalam beberapa asosiasi dan komunitas yang fokus kepada data. Karier dia sebagai praktisi dan akademisi selama 14 tahun memberi dia wawasan seputar pengelolaan big data serta manfaatnya kepada kehidupan masyarakat.
Pergerakan dan perkembangan digital di Indonesia bertumbuh dengan pesat. Contohnya adalah jumlah pelanggan operator telekomunikasi yang melampaui jumlah penduduk Indonesia. Pengguna internet pun mencapai 73.7% lebih banyak dibandingkan total populasi. Banyaknya dan lamanya orang memakai internet dan media sosial menyebabkan data-data menjadi besar. Murahnya perangkat penyimpanan data yang semakin besar kapasitasnya juga menyebabkan data di internet semakin besar.
“Tahun 80-an kita perlu 3 juta US dolar untuk mendapatkan 1 GB storage,” Rully menjelaskan. “Tahun 2010 cuma memerlukan 8 cents untuk mendapatkan kapasitas storage yang sama. Kemungkinan produksi data 3 tahun ke depan jauh lebih banyak daripada data yang diproduksi 20 tahun ke belakang.”
“Untuk memenangkan sebuah peperangan, permainan, kompetisi atau dalam hal ini, bisnis, kita memerlukan data,” Rully menekankan.
Di instansi manapun, pergerakan bisnis memerlukan empat hal: sumber daya manusia, proses, teknologi, dan tentunya data. Data dapat mendorong kegiatan bisnis masa sekarang karena informasi-informasi yang tersimpan membantu mempercepat proses bisnis instansi tersebut. Data juga dapat dicari, diekstraksi, disempurnakan, didistribusikan dan diutilisasikan untuk mendorong kemakmuran ekonomi. Data ini melalui proses pengolahan yang meliputi koleksi, preparasi, eksplorasi, pemformatan, dan presentasi.
Dalam bisnis, big data dapat menghemat biaya dalam segi infrastruktur, di mana pemakaian server mempercepat pemrosesan data banyak. Hardware yang digunakan kecil, mudah dicari dan mengakomodasi dengan spesifikasi yang jelas. Analisa data ini menghasilkan keputusan atau prediksi akurat dan cepat karena pemodelan data semakin besar dari hasil koleksi input-output aplikasi dan big data sendiri.
Profiling data juga menggarap data-data yang awalnya dianggap tidak berguna menjadi analisis profesional dan penting. Sebagai contoh, bisnis perkebunan seperti kopi dapat mengimplementasi pengolahan big data untuk menyajikan data waktu pembibitan, panen, dan komsumsi kopi. Adanya informasi ini akan membuat instansi atau negara lain untuk lebih tertarik menggunakan kopi dari Indonesia.
Budaya rekayasa data saat ini mengakui pentingnya data di semua tingkat organisasi, dan semua bidang data perlu data engineering sebagai upaya pengolahan data yang ada. Big data sangat kompleks, dan implementasinya dapat dilakukan baik dengan data yang sudah “bersih”, talenta yang ada, dan compute engine yang digunakan.
“Kita coba bersama-sama membangun talenta data Indonesia, menggunakan aplikasi lokal, dan mempekerjakan konsultan dan insiyur lokal untuk mendapatkan kemakmuran nasional,” kata Rully menutup presentasinya.
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)