Mengenal Konsep Desain Akustik dalam Masjid

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id -- Selain sebagai tempat ibadah, masjid jika ditinjau dari aspek akustik, pada dasarnya sangat dominan untuk kegiatan percakapan. Misalnya ketika salat berjamaah, berdakwah, diskusi, mengaji, khutbah dan akad nikah. Oleh karena itu aspek akustik masjid penting diperhatikan.


Hal tersebut diungkapkan Ir. R. Sugeng Joko Sarwono, Ph.D., dari kelompok keahlian Teknik Fisika ITB, dalam acara Pelatihan Peningkatan Kualitas Akustik Masjid di Gedung CRCS kampus ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa (6/11/2018). Pelatihan tersebut juga diisi oleh Anugrah Sabdono Sudarsono, Ph.D dari Teknik Fisika ITB dan Keto Panggulu dari PT. TOA.

Aspek penting pada akustik masjid, menurut Joko Sarwono, dapat dilihat dalam tiga hal yakni, arah sumber suara, ruangan untuk percakapan, dan ruangan untuk ibadah. Arah sumber suara penting sebab untuk menambah kekhidmatan beribadah. Saat wajah menghadap ke kiblat, suara juga harusnya berasal dari arah imam. Dengan demikian, pengaturan tata suara di dalam masjid juga sangat penting.

"Manusia itu pada umumnya multymodal perceptor, dia mempersepsi sesuatu itu berdasarkan info yang diterima mata, diterima kulit, hidung dan telinga secara berimbang. Kalau ada salah satu yang terganggu, maka biasanya persepsinya akan terganggu. Dalam hal masjid, karena sifatnya digunakan untuk ibadah harusnya dari mata sudah khusu, hidung khusu, kulit khusu karena adem tapi pada saat mendengar suara menjadi tidak khusu, makanya tidak boleh dilupakan (tata suara) harus diberi porsi yang tepat," ujarnya.


Dia menjelaskan kecukupan akustik masjid ditandai dengan empal hal yaitu, harus bisa menghadapkan pendengaran ke arah kiblat, harus mencukupi energi untuk mendengar dengan ditambah pengeras suara, mencukupi untuk mendengar, mencukupi untuk menyimak infomasi, dan menghadirkan rasa audial yang unik untuk ruangan masjid. 

"Rasanya harus diperhatikan, rasa itu seperti, kalau berada di masjid yang besar kita betul-betul merasakan masjid yang besar, kalau di lapangan seperti di lapangan rasanya," katanya.

Permasalahan yang sering muncul ialah waktu dengung yang terlalu tinggi karena meterial bangunan yang keras, lantai keramik, dinding keramik, kubah juga keramik. Kemudian terjadi suara pada frekuensi rendah yang terlalu banyak, disebabkan kurangnya pengaturan sistem tata suara yang baik.

Karena sebagian besar aktivitas di masjid terkait dengan suara manusia, oleh karena itu kejelasan suara sangatlah penting dalam sebuah masjid. Bagaimana cara mengatur tata suara yang tepat? Menurut Joko, sistem tata suara di masjid bergantung pada geometri tata ruang, misalnya apakah masjid bentuknya berkubah, datar, atau limasan. Ruangan berbeda, setting tata suara pun harus berbeda, tidak bisa disamakan. 

"Faktornya banyak misalnya tergantung jumlah jamaahnya, jenis ruangan, tapak ruangan pakai kubah atau tidak dan seterusnya jadi bisa beraneka ragam," ucapnya.


scan for download