Deteksi Sumber Air Bersih, ITB Lakukan Analisis Geolistrik di Palu

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


PALU, itb.ac.id -- Air bersih masih menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat di daerah Palu. Untuk itu, Dr. Eng. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko, Dosen Institut Teknologi Bandung beserta dua mahasiswa Fisika ITB bekerja sama dengan Fakultas Teknik Fisika Universitas Tadulako melakukan analisis geolistrik untuk mengetahui sumber air tanah di Petobo, Palu (22/12). Petobo merupakan daerah yang terkena likuifaksi saat bencana gempa bumi September lalu.


Survei geolistrik ini bertujuan untuk mengetahui struktur di bawah tanah melakui citra resistivity. Dengan tujuan akhirnya adalah pencarian sumur tanah yang nantinya dapat disebar luaskan ke hunian sementara dan shelter darurat di Palu. "Sebenernya ada sungai dan kali kecil, tapi ini bukan mata air. Khawatir airnya terkontaminasi," ucap Fahri Rahadian, Mahasiswa Fisika ITB yang terjun langsung dalam kegiatan ini. 

Alat geolistrik yang dibawa oleh ITB ini dapat menjangkau hingga 150 meter ke bawah tanah dari permukaan, dan 300 meter dataran yang dapat dideteksi. Seperti elektroda, kabel yang dibentangkan pada dataran sejauh 300 meter itu kemudian dialiri listrik. Tanah yang "disetrum" tersebut dapat dianalisis struktur batuannya, dapat ditemukan nilai resistivitas kebumiannya (georesistivity) seperti stratigrafi tanah dan batuan, pola batuan, jejak dan struktur geologi seperti patahan, hingga sumber air tanah. "Dengan begitu kita bisa menyimpulkan faktor apa saja yang menyebabkan likuifaksi ini terjadi," kata Muhamad Farhan M tim peneliti yang terlibat.

Setelah titik koordinatnya ditemukan akan dilakukan semacam pengeboran tanah untuk menemukan sumber mata air tanah. ITB tentu tak sendiri, hasil analisis ini pada akhirnya akan diberikan kepada pemerintah, seperti PDAM untuk melakukan pengeboran air, juga lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan yayasan yang juga dapat membantu hingga distribusi ke masyarakat sekitar. 

Pengeboran akan dilakukan pada awal tahun (Januari-Februari) 2019 sesuai dengan agenda kedinasan PUPR Sulawesi Tengah. Secara praktis, hasil analisis ini dapat menjadi rekomendasi yang dapat disampaikan kepada pemerintah dan menjadi referensi ketika terjadi kejadian yang sama. Secara ilmiah, aktivitas ini dapat dipublikasi dengan menyusun tulisan atau jurnal (akademis). Ditambah lagi, ITB dan Untad sebagai perguruan tinggi bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bencana yang terjadi agar mereka dapat lebih mengantisipasi apabila hal yang sama kembali terjadi. 


Data geolistrik ini diambil juga dari beberapa daerah terpapar bencana, seperti Balaroa, Layana, Jono Oge, dan Sibalaya. Dengan hasil penelitian ini pula, harapannya para engineer dapat memberikan  kontribusi melalui keilmuannya. Terlebih lagi, mendapatkan pengalaman mengenai cara-cara membangun pemukiman yang sesuai secara civil dan engineer. Misalkan rumah dengan spesifikasi yang cocok dengan wilayah rawan likuifaksi baik dari segi material ataupun konstruksinya sesuai dengan analisis yang telah didapatkan.

*Laporan Reporter Kantor Berita ITB Moch. Akbar Selamat dari Palu