Ekspedisi Ganesha, Program Pengabdian di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Semangat pengabdian harus terus digelorakan mahasiswa. Jarak yang jauh dan akses yang sulit ke tempat pengabdian bukan menjadi masalah yang berarti, seperti yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Ekspedisi Ganesha.
Tim yang terdiri dari empat orang ini, yakni Ahmad Shodiq Multazim (Teknik Sipil 2018), Fahryan Arditama (Teknik Sipil 2020), Niken Roro (Kimia 2018), dan Annisa Kisam (Biologi 2018), melakukan pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur sejak 28 Mei 2022 hingga 11 Juni 2022.
Ahmad Shodiq sebagai Ketua Tim Ekspedisi Ganesha menjelaskan mereka mengawali pengabdian dengan mengobservasi permasalahan yang ada di daerah tersebut melalui data sekunder. Kemudian, hasil dari pemetaan data sekunder divalidasi dengan melakukan observasi primer dan wawancara langsung dengan stakeholder setempat dan warga yang terdampak.
“Sulit awalnya memvalidasi data tanpa tahu situasi di lapangan, tetapi Alhamdulillah kami dapat berkomunikasi dengan Pak Syakar selaku Ketua MUI Manggarai Barat yang menjadi penghubung dengan masyarakat untuk mendapatkan data yang lebih detail dan aktual. Beliau juga membantu kami selama melaksanakan program ini,” kata Shodiq. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, fokus permasalahan yang terjadi di daerah binaan Tim Ekspedisi Ganesha ini adalah rendahnya kualitas pendidikan jika dibandingkan Pulau Jawa.
Telah banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di Nusa Tenggara Timur, salah satunya dengan mendirikan lembaga pendidikan informal. Lembaga ini memiliki tujuan untuk membantu dan memfasilitasi anak-anak yang tidak memiliki akses ke pendidikan formal akibat pandemi Covid-19.
Fakta di lapangan menunjukan masih banyak lembaga pendidikan informal di Nusa Tenggara Timur yang memerlukan infrastruktur pembelajaran, khususnya ruangan untuk belajar. Sebuah Serambi Quran yang berlokasi di Desa Wae Nahi menjadi salah satu contoh nyata urgensi kebutuhan fasilitas pendidikan di provinsi ini. Lembaga pendidikan informal ini hanya mengandalkan ruangan terbuka dengan ukuran 3x7 m yang menampung 50 peserta didik.
Tim Ekspedisi Ganesha menawarkan beberapa solusi untuk menjawab permasalahan yang ada. Mereka membangun saung belajar serbaguna dengan ukuran 4x7 meter. Selain menjadi wadah pembelajaran, saung ini dapat dimanfaatkan sebagai mushola bagi warga dan anak-anak. Proses perencanaan dan desain dipegang langsung oleh anggota tim yang berasal dari jurusan Teknik Sipil ITB. Proses perencanaan ini juga dilakukan dengan koordinasi bersama pihak desa setempat. Eksekusi pembangunan saung belajar dilakukan bersama-sama dengan masyarakat setempat selama dua pekan.
Program lainnya yang diusung oleh Tim Ekspedisi Ganesha adalah pengadaan beberapa workshop dan seminar. Kegiatan ini memiliki beberapa tema untuk target yang berbeda-beda pula. Siswa SMA/SMK dapat mengikuti seminar motivasi memasuki perguruan tinggi, siswa SMP/MTs dapat mengikuti kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar dengan metode eksperimen, serta siswa SD/MI dapat mengikuti penyuluhan pola hidup bersih dan sehat. Seluruh kegiatan di Ekspedisi Ganesha didokumentasikan dalam Instagram @ekspedisiganesha atau melalui tautan YouTube
Proses pengabdian kepada masyarakat tersebut melibatkan berbagai disiplin ilmu serta memerlukan soft skill bermasyarakat yang baik. Walaupun terlihat sederhana, solusi nyata yang tepat sasaran sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ahmad Shodiq menuturkan ekspedisi ini tak semudah kelihatannya. Selain materi yang diperoleh di ruang kelas, ekspedisi ini membutuhkan keahlian beradaptasi di tempat terpencil, bernegosiasi, mengambil keputusan, dan manajemen tim yang baik.
“Aku harap program ini dapat menjadi sebuah catatan pembelajaran bagi siapapun yang bersungguh-sungguh untuk membangun negeri ini,” ungkap Shodiq.
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan 2019)