Dhika Zein: Satu Tahun Aksi Berani Kemahasiswaan ITB bagi Kemandirian Indonesia
Oleh Bayu Septyo
Editor Bayu Septyo
Keluarga Mahasiswa (KM) ITB tidak lama lagi memulai pembaharuannya. Berkat kerja keras Panitia Pemilu Raya (Pemira) KM-ITB 2015 pada Desember silam (5/12/15), Muhammad Mahardhika "Dhika" Zein dari Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB berhasil terpilih sebagai Presiden KM-ITB periode 2016. Optimisme dan rasa lega kembali mengisi ruang-ruang kemahasiswaan di ITB setelah sebelumnya pesta demokrasi serupa seringkali tersendat dan gagal. Namun kini massa kampus kembali heran dan bertanya-tanya, "Bagaimana Dhika akhirnya terpilih? Apakah Dhika akan berhasil? Benarkah KM-ITB akan lebih baik lagi?"
Terkait hal ini, reporter Kantor Berita ITB, Bayu Prakoso, berkesempatan mewawancarai Dhika disela kesibukannya pada selasa (22/12/15) di selasar ruang sekretariat Kabinet KM-ITB. Dhika yang memimpin "Tim Aksi Berani" kala melangsungkan kampanyenya dalam Pemira lalu langsung melayangkan rasa senangnya ketika ditanya perihal perasaan yang dialaminya sekarang.
Namun menjadi seorang Presiden KM-ITB, lanjut Dhika, tentu akan merasakan kekhawatiran besar. Namun begitu, Dhika tetap yakin terlebih ketika mengingat gagasan yang ia dan tim bawa semasa kampanye. "Saya tentu akan bertanggung jawab membawa muka kemahasiswaan ITB bagi Indonesia dan menjadi menjadi sorotan semua orang," tegas Dhika optimis.
Mengenang Pemira dan Strategi Pasca-Pemira
Mengingat perjuangan saat Pemira, Ia mengaku persiapan yang kurang dari satu bulan adalah waktu yang sangat singkat. Sero pemikiran ia lakukan dengan berbagai kalangan massa kampus di minggu awal persiapannya. Setelah memantapkan diri untuk maju, barulah Dhika yang sadar akan singkatnya sisa waktu segera mengeksekusi kiat jitunya dalam menyusun tim. "Saya memanfaatkan teknik MLM. Dari promotor dan tim sukses yang ada, mereka menawarkan gagasan ke rekan-rekan lainnya untuk masuk ke tim sukses dan membentuk tim-tim yang lebih khusus. Terus karena waktu yang singkat dan khawatir gagasan yang ter-deliver tidak baik, langsung saya definisikan alurnya tuh, eksternal, marketing, internal baru rancang platform yang akan dipaparkan selama kampanye," terang mantan ketua OSKM-ITB 2015 itu.
Dhika sangat berterima kasih dan bangga kepada timnya yang bekerja sangat baik. "Saat itu karena waktu singkat, fokus terpecah. Saya menyayangkan tidak adanya waktu yang cukup untuk mendapatkan momen bersama internal tim," ungkap Dhika.
Hasil Pemira bulan lalu memperlihatkan selisih pendulangan suara antar kedua calon yang amat kecil namun signifikan. Pun demikian, hasil itu hanya sekian dari keseluruhan anggota KM-ITB. Merespon hal itu, Dhika ternyata sudah memikirkan startegi pasca-Pemira. "Dari hasil itu, saya paham modal politiknya masih jauh dari cukup. Jadi, saya akan memutar alur yang ada. Sekarang dari platform yang ada, akan dieksplorasi dan digaungkan ke massa kampus. Barulah massa yang tertarik dapat menjadi komposisi ataupun simpatisan Kabinet. Setelah bisa diberdayakan nantinya baru akan dibuat marketisasi gerakan untuk menarik massa dan mungkin masyarakat yang lebih luas," papar Dhika antusias.
Liburan Produktif untuk KM-ITB
Menghadapi awal tahun ini, Dhika sepertinya akan berjibaku kembali dengan waktu yang ada. Pria melankolis kelahiran Jakarta yang gemar nge-Blog ini bertekad melewati semuanya dengan baik, "Yang pasti, liburan ini saya akan Kerja Praktik (KP) dahulu. Disamping itu, saya juga memulai desain organisasi bersama tim. Dan yang gak kalah pentingnya, kita juga akan mempersiapkan Student Summit di Februari nanti guna menentukan arah gerak kemahasiswaan ITB mendatang. Akan jadi banyak PR sih berarti".
Belakangan Student Summit memang menjadi isu yang hangat didalam kampus gajah ini. Arahan Kongres KM-ITB ini akan mengundang seluruh elemen mahasiswa untuk meleburkan segala potensinya sebagai modal kolektif KM-ITB dalam merespon masalah, tantangan, dan bergerak nantinya. Dengan begitu, Kabinet KM-ITB sebagai koordinator akan lebih mudah dalam merencakanan capaian dan gerakan yang lebih holistik namun juga efektif dan efisien. Terkait kemandirian lembaga, disisi lain Dhika juga akan melanjutkan usaha KM-ITB menuju badan eksekutif yang lebih mandiri dari sisi pendanaan, "Kan disetiap uang pangkal ada dana kemahasiswaan. Jadi, Kabinet ingin memanfaatkan hak ini untuk mengelola keuangan kegiatan kemahasiswaan secara mandiri. Ini berfungsi selain agar memiliki akses yang lebih baik dalam pendanaan juga menjadi bargain point kita sebagai koordinator lembaga-lembaga mahasiswa di ITB".
Student Summit untuk pembaharuan KM-ITB
Adanya Student Summit salah satunya agar ITB dapat lebih proaktif dalam menoreh prestasi di tanah air. Umumnya massa kampus melihat Pimnas yang digelar Kementerian Dikti sebagai indikator prestasi suatu kampus. Menanggapi hal tersebut, Dhika tidak ingin menutup mata dengan kondisi yang ada. "Jika kita melihat Pimnas saja, itu kurang baik. Coba lihat lebih banyak lagi. Prestasi kita sangat banyak, nasional dan internasional. Tapi benar bila budaya prestasi di bidang riset berpengaruh besar disini," tukas Dhika. Ia menilai pelekatan budaya itu juga menjadi tanggung jawab instansi. Namun demikian, ia tidak lupa memberikan aspirasinya "Kita harus bisa belajar dari banyak universitas lain, dimana dosen dan mahasiswa memiliki kedekatan dalam saling menunjang budaya riset yang interaktif. Disamping itu, intensif lebih bagi mahasiswa dalam kondisi tertentu juga perlu. Jadi, priviledge yang ada dapat meningkatkan minat berprestasi".
Maknai Kemajuan dengan Benahi Sikap Pragmatis Mahasiswa
Memang, jika menapak tilas rekam kemahasiswaan ITB, rasanya begitu banyak kemajuan yang tertunda. Masalah selalu ada dan tantangam kembali datang. Dhika yang optimis dengan potensi kampus teknik terbesar di Indonesia ini, percaya bahwa mahasiswa ITB dapat berkontribusi lebih mega bagi kemajuan negara ini. Dalam akhir bagian wawancara, ia memberikan closing statement untuk seluruh rekan mahasiswa. "Apa yang saya mau perjuangkan nantinya selama satu tahun adalah bagaimana caranya agar KM-ITB dapat membangun gerakan eksternal menuju kemandirian bangsa tentu tanpa mengabaikan pembenahan-pembenahan kemahasiswaan kita secara internal di ITB. Kita harus bisa membawa ITB ke dunia luar, dan menginternalisasi dunia luar ke ITB" tutur Dhika.
"Saya melihatnya yang menjadi masalah kemahasiswaan kita adalah komunikasi. Ini menyebabkan banyak kendala. Kita sering memecahkan masalah, tapi tidak ke akarnya ini. Hal ini terjadi tidak hanya di lingkungan elemen KM-ITB, tapi juga secara lebih luas dari kita ke Rektorat dengan berbagai isu" ucap Dhika.
"Untuk persoalan karakter mahasiswa ITB, mungkin secara skill kita meningkat. Tapi pemaknaan dalam kehidupan sehari-hari ya cenderung turun. Inilah yang membuat banyak dari masyarakat mempertanyakan kemanakah mahasiswa ITB. Efek dari ini sih membuat banyak mahasiswa lebih menyukai sifat praktis dengan manfaat yang langsung," renung Dhika. Tren pragmatisme mahasiswa sekarang memang tidak dapat dipungkiri. Namun adanya Dhika untuk KM-ITB diharapkan dapat memberikan penawaran menarik bagi siapa saja yang hendak melirik pergerakan kemahasiswaan mendatang. Dengan begitu, kemasan kemahasiswaan yang baru bagi KM-ITB menjadi mutlak adanya di tahun ini.