Dialog Calon Rektor ITB tentang Enterpreneruship
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Pada hari Sabtu (15/01) lalu diadakan dialog antara para calon rektor mengenai entrepeneurship di ITB. Dialog yang diselenggarakan oleh Pusat Inkubator Bisnis (PIB) ITB ini dirancang untuk membahas visi para rektor mengenai entrepeneurship di ITB. Calon-calon rektor yang menghadiri dialog ini adalah Prof. Djoko Santoso dan Prof. Adang Surahman, sedangkan Prof. Satriyo Soemantri berhalangan hadir. Moderator dialog ini adalah Dr. Suhono Harso Supangkat.
Entrepeneurship, atau kewirausahaan, memang merupakan isu yang hangat di kalangan akademis akhir-akhir ini. Salah satu pertanyaan yang muncul: Apakah kampus sebagai lembaga pendidikan mampu untuk menyeimbangkan akademia dan wirausaha?
Pada dasarnya kedua calon rektor yang terlibat dalam dialog tiga jam ini mengakui bahwa ITB harus lebih menyempurnakan mutu akademiknya sebelum dapat menjadi kampus entrepeneur yang baik. Adang Surahman menekankan bahwa ITB perlu fokus kepada pendidikan secara menyeluruh; penghargaan terhadap prestasi kewirausahaan individu dapat diberikan dengan suatu sistem penghargaan (recognition) yang sudah terintegrasi di dalam kurikulum. Di lain pihak, Djoko Santoso menyatakan bahwa mutu akademik kewirausahaan perlu ditingkatkan sebelum kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kewirausahaan. Pendidikan ITB harus dibagi dua, yang ditujukan kepada job seeker dan yang ditujukan pada job creator.
Prof. Santoso juga memperkenalkan konsep Horizontal Recruitment untuk meningkatkan realisme pendidikan di ITB. Ini adalah konsep penerimaan dosen-dosen baru dari jalur non-akademis. Misalnya, wirausahawan yang berhasil di bidangnya dapat diberikan tawaran untuk menjadi dosen di institut ini. Diharapkan, dosen-dosen ini dapat memberikan pembelajaran yang lebih dekat ke prakteknya di dunia nyata.
Permodalan adalah satu lagi masalah yang penting bila kita berbicara soal kewirausahaan, dan dialog ini mengupas masalah modal entrepeneur secara gamblang. Opini Adang Surahman mengenai masalah-masalah permodalan kewirausahaan dapat dirangkum dalam satu kata: Jaringan. Beliau menganggap ITB harus membina hubungan dengan instansi-instansi lain agar mendapat bantuan untuk ide-idenya. Staf pengajar ITB dihimbau untuk secara aktif memperluas jaringan.
Pada akhir pembicaraan, Djoko Santoso menggarisbawahi bahwa seorang wirausahawan bukanlah orang yang membuat perusahaan ataupun orang yang mendapatkan proyek, melainkan orang yang berhasil menciptakan teknologi baru.
Beliau menambahkan bahwa status ITB sebagai institut teknologi mengharuskannya untuk lebih fokus kepada pengembangan produk, bukannya langsung berkutat kepada bisnis. Namun, beliau menganggap ITB mampu menjadi tempat yang subur untuk kewirausahaan Indonesia.
Pandu