Pemilihan Rektor Kita 2010-2014: Bakal Calon Harus Siapkan Kampanye Intelektual
Oleh alitdewanto
Editor alitdewanto
BANDUNG, itb.ac.id- Sepuluh bakal calon Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2010-2014 harus menyiapkan materi kampanye intelektual. Dalam kampanye intelektual itu, para bakal calon diharapkan bisa memaparkan ide-ide disertai implementasinya di depan calon pemilih. "Kampanye intelektual memudahkan calon pemilih melihat sejauh mana kapasitas dan kepantasan bakal calon bila nanti memimpin ITB untuk lima tahun mendatang," kata Ketua Pemilihan Rektor ITB dari Majelis Wali Amanat ITB, Djoko Suharto di Bandung, Senin (14/09/09).
Pelaksanaan kampanye intelektual dimulai 10 Oktober dan berakhir 30 Oktober. Pemaparan ide di hadapan masyarakat direncanakan berlangsung di Aula Barat ITB. Kampanye visual yang menggunakan poster atau media lain dilakukan di Aula Timur ITB.
Menurut Djoko, salah satu ciri kampanye intelektual adalah tiadanya kesempatan bakal calon untuk mengobral janji. "Tetapi, seorang bakal calon harus memperlihatkan konsep dan ide disertai implementasinya," ujar Djoko.
Ia mencontohkan, bila seorang bakal calon berjanji meningkatkan dana riset dari Rp 10 miliar per tahun menjadi Rp 50 miliar per tahun, ia harus menyertakan cara perwujudannya. Itu diharapkan bisa memudahkan calon pemilih menentukan pilihannya. Sanksi akan diberlakukan bagi bakal calon yang melakukan kampanye negatif
Djoko mengatakan, pemaparan di depan publik diharapkan bisa mendekatkan bakal calon pada pemilihnya. Dengan demikian, bila seorang bakal calon terpilih menjadi rektor, ia mampu berperan sebagai pemimpin untuk banyak komunitas akademik.
Karena itu, sejak dini bakal calon harus mendekatkan diri pada sivitas akademika agar kebijakannya didukung dan berguna bagi semua pihak di ITB. "Kami mengharapkan model pemilihan seperti ini bisa menjadi model baru bagi universitas atau organisasi lain," katanya. Panitia melarang bakal calon menggelar kampanye yang merugikan calon lain atau kampanye negatif, di antaranya memberikan citra buruk atau menjelek-jelekkan yang lain. Meski belum menyebutkan bentuk sanksi yang akan dijatuhkan, Djoko menjamin ada hukuman berat bagi bakal calon yang melakukannya. "Sanksinya akan segera kami bahas," ujarnya. Sekretaris Panitia Pemilihan Rektor, Benno Rahardyan mengatakan, kualitas bakal calon kali ini sedikit lebih baik ketimbang periode sebelumnya. Itu dilihat dari data statistik dan prestasi bakal calon. Diprediksi, akan terjadi persaingan ketat untuk lolos sebagai calon rektor ITB.
Benno mencontohkan, jumlah guru besar yang menjadi bakal calon kali ini lebih banyak ketimbang periode sebelumnya. Saat ini, dari 10 bakal calon, 9 di antaranya berstatus 'sudah menjadi' dan 'dalam proses menjadi' guru besar. Sebelumnya, hanya 4 yang bakal calon guru besar dan dalam proses menjadi guru besar.
Kualitas pendidikan di ITB terangkat dengan tidak adanya wakil dari luar kampus dalam 10 bakal calon kali ini. Semua bakal calon masih aktif mengembangkan diri di dalam dan luar ITB. "Bakal calon lebih berpengalaman dengan beragam jabatan yang diemban. Bila dilihat dari usia, bakal calon lebih matang dan berpengalaman dengan rata-rata berusia 52 tahun," kata Benno.
Sumber: Kompas
Menurut Djoko, salah satu ciri kampanye intelektual adalah tiadanya kesempatan bakal calon untuk mengobral janji. "Tetapi, seorang bakal calon harus memperlihatkan konsep dan ide disertai implementasinya," ujar Djoko.
Ia mencontohkan, bila seorang bakal calon berjanji meningkatkan dana riset dari Rp 10 miliar per tahun menjadi Rp 50 miliar per tahun, ia harus menyertakan cara perwujudannya. Itu diharapkan bisa memudahkan calon pemilih menentukan pilihannya. Sanksi akan diberlakukan bagi bakal calon yang melakukan kampanye negatif
Djoko mengatakan, pemaparan di depan publik diharapkan bisa mendekatkan bakal calon pada pemilihnya. Dengan demikian, bila seorang bakal calon terpilih menjadi rektor, ia mampu berperan sebagai pemimpin untuk banyak komunitas akademik.
Karena itu, sejak dini bakal calon harus mendekatkan diri pada sivitas akademika agar kebijakannya didukung dan berguna bagi semua pihak di ITB. "Kami mengharapkan model pemilihan seperti ini bisa menjadi model baru bagi universitas atau organisasi lain," katanya. Panitia melarang bakal calon menggelar kampanye yang merugikan calon lain atau kampanye negatif, di antaranya memberikan citra buruk atau menjelek-jelekkan yang lain. Meski belum menyebutkan bentuk sanksi yang akan dijatuhkan, Djoko menjamin ada hukuman berat bagi bakal calon yang melakukannya. "Sanksinya akan segera kami bahas," ujarnya. Sekretaris Panitia Pemilihan Rektor, Benno Rahardyan mengatakan, kualitas bakal calon kali ini sedikit lebih baik ketimbang periode sebelumnya. Itu dilihat dari data statistik dan prestasi bakal calon. Diprediksi, akan terjadi persaingan ketat untuk lolos sebagai calon rektor ITB.
Benno mencontohkan, jumlah guru besar yang menjadi bakal calon kali ini lebih banyak ketimbang periode sebelumnya. Saat ini, dari 10 bakal calon, 9 di antaranya berstatus 'sudah menjadi' dan 'dalam proses menjadi' guru besar. Sebelumnya, hanya 4 yang bakal calon guru besar dan dalam proses menjadi guru besar.
Kualitas pendidikan di ITB terangkat dengan tidak adanya wakil dari luar kampus dalam 10 bakal calon kali ini. Semua bakal calon masih aktif mengembangkan diri di dalam dan luar ITB. "Bakal calon lebih berpengalaman dengan beragam jabatan yang diemban. Bila dilihat dari usia, bakal calon lebih matang dan berpengalaman dengan rata-rata berusia 52 tahun," kata Benno.
Sumber: Kompas