Didukung Yayasan Solidarity Forever, Mahasiswa Teknik Mesin ITB Ciptakan Inovasi Alat Perontok Padi untuk Petani Desa Cimarga
Oleh Nur Asyiah - Mahasiswa Rekayasa Pertanian, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Mesin, Institut Teknologi Bandung (HMM ITB) menunjukkan kepedulian dan kontribusi terhadap masyarakat melalui program pengabdian yang dilakukan oleh Divisi Sosmas HMM ITB. Program pengabdian ini dilaksanakan di Desa Cimarga, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Dalam kegiatan tersebut, HMM ITB mengembangkan dan menyerahkan 4 alat perontok padi kepada petani di desa tersebut dengan dukungan penuh Yayasan Solidarity Forever.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang diinisiasi oleh Mahasiswa Mesin ITB bertujuan untuk mendorong inovasi teknologi di bidang pertanian sehingga lebih maju, produktivitas budidaya padi meningkat, serta mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual. Selain itu, di Desa Cimarga didominasi oleh penduduk yang berprofesi sebagai petani, sehingga program pengabdian ini diharapkan mampu mengembangkan komunitas petani di Desa Cimarga.
Kepala Divisi Community Development dan Inisiator HMM ITB, Bagus Ryan Prabowo, menjelaskan bahwa pengembangan alat perontok padi ini merupakan hasil kerja sama antara warga dengan mahasiswa.
“Dalam hal ini mahasiswa berkontribusi dalam mendesain alat, membuat prototyping, dan melakukan implementasi alat. Sementara itu, pengerjaan alat tersebut dibantu oleh masyarakat dan kami memastikan alat tersebut dibuat dengan benar,” kata Bagus Ryan Prabowo (Teknik Mesin, 2020).
Ide membuat alat thresher padi yang inovatif berangkat dari permasalahan yang terjadi pada petani terkait kesulitan merontokkan biji padi dari tangkai. Hal serupa ditemukan pada petani di Desa Cimarga yang masih merontokkan padi secara manual sehingga kurang efisien, dan tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan cukup besar.
“Sebagai mahasiswa, kami memiliki kesadaran akan pentingnya pengabdian masyarakat, kami mengusulkan pembuatan sebuah alat thresher padi yang inovatif dan efisien untuk membantu petani dalam merontokkan padi. Kami turut melibatkan masyarakat secara langsung dalam pembuatan alat perontok padi sebagai perwujudan pengembangan masyarakat berbasis pemberdayaan,” ujarnya.
Tak hanya Himpunan Mahasiswa Mesin, program pengabdian ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Desa Cimarga, Kelompok Tani Desa Cimarga, serta Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati. Kesuksesan program pengabdian ini tidak lepas dari arahan dan bimbingan Dr.Eng. Gea Fardias Mu'min, S.T., M.T., sebagai dosen pembimbing. Terlepas dari suksesnya pembuatan thresher padi, pengadaan bahan baku untuk alat perontok padi menjadi hambatan. Pasalnya, barang yang dibutuhkan tidak ditemukan di wilayah setempat sehingga harus membeli dari Kota Bandung.
Kegiatan pengabdian ini mendapatkan respons dan sambutan yang positif dari Pemerintah Desa Cimarga. Bapak Runaedin, Sekretaris Desa Cimarga mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada mahasiswa ITB yang berkontribusi dalam pembuatan thresher padi. “Kami bangga atas inovasi yang diciptakan adik-adik mahasiswa untuk membantu para petani di sini. Perontokkan padi yang dulunya dilakukan secara manual sekarang menjadi lebih cepat dan mudah dengan hadirnya alat ini. Kami ucapkan terima kasih kepada adik-adik yang telah sudi membantu warga Cimarga,” ungkap Runaedin.
Dengan adanya program seperti ini, diharapkan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat akan terus terjalin, memberikan manfaat yang nyata bagi kemajuan pertanian Indonesia. Himpunan Mahasiswa Mesin ITB juga berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan serupa di berbagai desa lain di masa mendatang, guna mendorong kesejahteraan petani melalui inovasi teknologi.
“Kami akan melakukan eskalasi produk ke berbagai wilayah di Jawa Barat yang masih menggunakan alat perontok padi masih manual. Sama seperti sebelumnya, konsep pengembangan pemberdayaan masyarakat akan dilakukan dengan cara kita melakukan pendampingan saat alat itu dibuat secara langsung,” ungkap Falah (Teknik Mesin, 2020).
“Harapannya mereka dapat membuat alat tersebut secara mandiri tanpa didampingi oleh kami dan dapat membagikan pengetahuan dalam pembuatan alat ini ke desa-desa di sekitar mereka,” katanya.
Reporter: Nur Asyiah (Rekayasa Pertanian, 2021)