Dies 52 ITB: Sumbangsih Nyata untuk Kemajuan Bangsa

Oleh Nofri Andis

Editor Nofri Andis

BANDUNG, itb.ac.id - Hari ini ITB genap berusia 52 tahun. Untuk memperingatinya, ITB mengadakan seremonial peringatan di Aula Barat kampus ITB, Bandung. Acara dirangkai oleh pidato Ketua Majelis Wali Amanat, Ir. Yani Panigoro, MM.; pidato Ketua Senat Akademik, Prof. Arief S. Sudarsono; pidato Rektor ITB, Prof. Akhmaloka; dan orasi ilmiah oleh Prof. Tommy Firman, Guru Besar ITB  Kelompok Keilmuan Perencanaan Wilayah dan Perdesaan. Berbagai capaian ITB disampaikan kehadapan ratusan undangan, civitas akademika, dan para wartawan. Tak hanya itu, masukan dan harapan-harapan ITB ke depan juga disampaikan pada acara tersebut.

Yani Panigoro pada pidatonya mengatakan ITB harus bisa memanfaatkan teknologi dan sumber daya agar lebih produktif untuk membangun masyarakat. Caranya, dengan memadukan inovasi teknologi dan inovasi sosial. "Jadikan ITB sebagai pemandu bangsa dan kemanusiaan, menjawab tantangan teknologi ke depan," kata Yani.

Selanjutnya, sesuai bidangnya, Arief S. Sudarsono memaparkan berbagai kegiatan dan target Senat Akademik ITB. Arief mengatakan, Senat Akademik senantiasa menyelaraskan kebijakan institusi dengan kebijakan pemerintah. "Senat Akademik melalui salah satu fungsinya dalam menetapkan kebijakan akademik akan memandu masyarakat akademik ITB. Kami berharap bisa memberikan dampak positif untuk masyarakat luas," katanya.

Kemudian, Rektor ITB, menyampaikan upaya-upaya ITB agar bisa terus memberi sumbangsih bagi negara. Pada pidatonya, Akhmaloka bercerita tentang penyelarasan perguruan tinggi dengan kebutuhan bangsa.

Ia mengatakan, dalam 52 tahun perjalanan, ITB senantiasa berupaya meningkatkan sumbangsih bagi kemajuan bangsa Indonesia. Akhmaloka berharap sumbangsih tersebut bisa terus ditingkatkan dengan cara-cara yang lebih baik. "Persoalan yang pokok adalah sumbangsih yang nyata bagi kemajuan bangsa Indonesia dan masyarakat dunia, dan kemampuan untuk terus meningkatkan kualitas sumbangsih tersebut," ujar Akhmaloka.

Orasi Ilmiah

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dies kali ini pun diisi dengan sebuah orasi ilmiah oleh Prof. Tommy Firman. Guru Besar ITB  Kelompok Keilmuan Perencanaan Wilayah dan Perdesaan tersebut, menyampaikan orasinya yang bertema "Membangun Kelembagaan Kerjasama antar Daerah di Wilayah Metropolitan Indonesia" pada kesempatan tersebut.

Tommy memaparkan peluang-peluang baik yang bisa dimanfaatkan beberapa wilayah di Indonesia untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Dia memaparkan, desentralisasi wilayah dan otonomi bisa membuka peluang  bagi kabupaten/kota di Indonesia untuk berkembang dengan lebih pesat asal tidak diboncengi oleh kepentingan politik pihak-pihak tertentu.

Apresiasi dan Penghargaan

Selanjutnya, ITB pun memberikan penghargaan kepada mereka yang telah berjasa pada ITB. ITB memeberikan penghargaan Ganesha Cendikia Widya Adiutama kepada 13 penerima, Ganesha Cendikia Widya Utama kepada 6 penerima, Ganesha Widya Jasa Adiutama kepada seorang penerima, Ganesha Bakti Cendikia Utama kepada 2
orang, dan Ganesha Wira Adiutama kepada 19 penerima.

Berbeda dari tahun sebelumnya, pada peringatan tahun ini, sebuah video perjalanan ITB setahun ke belakang diputar pada awal acara. Pada video tersebut, ditayangkan prestasi, kerja sama, dan kegiatan yang telah terjadi di "kampus gajah" ini.

Pada peringatan tersebut, Rektor ITB juga menyampaikan kabar gembira bahwa gedung Aula Barat dan Aula Timur kampus ITB telah dinobatkan sebagai bangunan cagar budaya. Gelar tersebut diberikan oleh Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage beberapa waktu lalu pada rektor ITB.


scan for download