Diskusi Panel 20th Anniversary of AI3 ITB: Internet Tingkatkan Taraf Pendidikan Masyarakat

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangka memperingati hari jadi pemanfaatan internet di ITB yang ke- 20 tahun, ITB menggelar rangkaian "20th Anniversary of AI3" salah satunya diselenggarakan pada Senin (04/09/16) bertempat di Aula Timur ITB. Acara ini merupakan bentuk perayaan atas pemanfaatan internet di Institut Teknologi Bandung yang terus berkembang selama 20 tahun. Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) tentu sudah tidak asing lagi bagi orang-orang di kalangan ITB, terutama mahasiswa. AI3 sudah seperti teman sehari-hari untuk browsing di kampus untuk berbagai keperluan.

Adanya AI3 tentu tidak muncul begitu saja namun melalui sejarah yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak. Pada peringatan hari jadi AI3 di ITB kali ini, salah satu diskusi panel yang bertajuk "The Future of Internet/REN" menghadirkan 5 orang panelis yang berkompeten di bidang perkembangan internet di Asia untuk menjelaskan mengenai masa depan internet bagi manusia. Sebelum diskusi panel dimulai, Prof. Jun Murai selaku Kepala Fakultas Lingkungan dan Informasi di Keio University dan selaku Ketua AI3 dan SOI Asia menyampaikan materi bertajuk "Internet Development in Asia and the World". Beliau menerangkan mengenai kondisi kebutuhan internet bagi warga dunia khususnya di negara-negara Asia. Dalam perannya mengembangkan education, operation dan networking, Prof. Jun Murai menegaskan di akhir presentasi singkatnya bahwa, "Roles of the internet in Asia are yours, to create!"

Seusai presentasi singkat dari Prof. Jun Murai, acara dilanjutkan dengan diskusi panel dengan dimoderatori oleh Prof. Jun Murai sendiri. Kelima panelis yang hadir diantaranya Dr. Kotaro Kataoka dari Indian Institute of Technology Hyderabad, Prof. Kanchana Kanchanasut dari Asian Institute of Technology, Dr. Onno W. Purbo selaku co-initiator of AI3 ITB, Basuki Suhardiman selaku co-initiator of AI3 ITB, dan Bani Lara dari Advanced Science and Technology Institute.

Peran Internet bagi Atmosfir Asia

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa negara-negara di benua Asia baik maju maupun berkembang sudah menjadikan internet sebagai kebutuhan untuk berkomunikasi, memperoleh informasi maupun sekedar mencari hiburan. Diskusi panel dibuka oleh Prof. Kanchana Kanchanasut yang menerangkan mengenai perkembangan School On Internet (SOI) Asia Project, salah satu organisasi tingkat Asia yang bertujuan untuk berkontribusi dalam pengembangan pendidikan tinggi di negara-negara Asia dengan memanfatkan internet, teknologi digital dan dengan mengoptimalkan kolaborasi sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara Asia. Sebagai contoh, SOI Asia telah memberikan bantuannya kepada Univesitas Syah Kuala, Aceh, Indonesia dan berbagai kegiatan demo dan instalasi sistem lainnya di berbagai perguruan tinggi di negara-negara Asia.

Dari program-program yang dibawa oleh SOI Asia, harapannya internet yang semakin tersebar di berbagai lapisan masyarakat dapat membawa dampak positif bagi masyarakat Asia. Upaya yang terus ditingkatkan oleh berbagai pihak yang memegang kendali dalam pengembangan teknologi internet ini diantaranya: (1) para siswa dan anak-anak siap untuk menggunakan internet yang disediakan; (2) siap digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang berarti pengguna internet tidak akan panik dalam penggunaannya secara langsung; (3) membuat internet semakin mudah dimanfaatkan dan tersedia dimana-mana; dan (4) power community.  

Tingkatkan Kualitas Pendidikan Lewat Internet

Diskusi dilanjutkan dengan penjelasan sejarah berkembangnya internet di ITB dari tahun ke tahun oleh Basuki Suhardiman. Dari sejarahnya berkembangnya internet di ITB, Basuki Suhardiman memberi kesimpulan di akhir presentasinya bahwa, "We still need to working hard to build the internet for society."

Sesi akhir diskusi panel "The Future of Internet" ini diisi oleh Dr. Onno W. Purbo. Beliau merupakan seorang tokoh dan pakar di bidang teknologi informasi asal Indonesia yang juga seorang penulis, pendidik, dan pembicara seminar. Dalam presentasinya, Dr. Onno lebih banyak membahas mengenai kondisi pendidikan di Indonesia khususnya di daerah-daerah pelosok pedalaman. Indonesia memiliki sekitar 6 juta siswa, dan hanya 600.000 diantaranya yang dapat mengecap bangku perguruan tinggi. Beliau menegaskan,"We have to think different way, we have to remove the building from education system to enable 90% of knowledge."

Oleh karena itu, beliau memperkenalkan "eLearning Rakyat", sebuah sistem berbasis IT yang dapat diakses oleh siapa saja. Didalamnya terdapat berbagai materi kuliah sekaligus soal-soal. Sistem ini dapat menghemat hingga 50 persen biaya cetak lembar ujian tiap semesternya. "Di Papua ada seorang siswi yang saya kenalkan dengan sistem ini. Ia menjadi lebih mudah mendapat materi dan latihan soal, di ujian berikutnya ia berhasil memperoleh nilai 71 dari 100. Anda tahu berapa nilai yang biasa siswi ini dapat sebelumnya? Tiga belas," ujar Dr. Onno.  Pencapain ini tentunya diharapkan dapat teraplikasikan dimana-mana sehingga tingkat pendidikan masyarakat Indonesia dapat mengalami peningkatan yang semakin signifikan.