Doktor ITB Berhasil Produksi Katalis untuk Pengolahan Minyak Bumi
Oleh Ria Ayu Pramudita
Editor Ria Ayu Pramudita
Berangkat dari kenyataan bahwa kondisi minyak bumi dunia makin berat dan makin kotor oleh senyawa-senyawa sulfur, nitrogen, oksigen, nikel, dan vanadium sementara kebijakan lingkungan pemerintah makin ketat, muncul tuntutan bahwa bahan bakar minyak yang diproduksi harus bersih dari pengotor-pengotor tersebut.
Proses hydrotreating merupakan salah satu proses penting dalam pengolahan minyak bumi untuk menyingkirkan senyawa-senyawa tersebut. Pertamina membutuhkan sekitar 2000 ton/tahun katalis hydrotreating, yang harus diimpor dari luar negeri. Mengingat kebutuhan katalis yang besar ini, maka dijalinlah kerja sama dengan Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis Teknik Kimia ITB sejak tahun 2005. Riset dikonsentrasikan pada usaha produksi katalis nafta karena katalis ini lebih mudah dibuat.
Katalis hydrotreating nafta yang dikembangkan Ulfah, begitu Dr. Maria Ulfah biasa dipanggil, adalah jenis NiMo, yang merupakan larutan stabil dari logam molibdenum sebagai zat aktif dan nikel sebagai promotor. Larutan ini kemudian disangga oleh senyawa gama-alumina menjadi bentuk-bentuk trilog dengan luas permukaan yang optimal.
Membuat larutan NiMo yang stabil merupakan sebuah tantangan besar bagi riset-riset serupa yang dilakukan sebelumnya, namun Dr. Ulfah berhasil membuat sebuah formulasi dan prosedur pembuatan katalis untuk hydrotreating nafta ini dengan kinerja yang setara, bahkan lebih baik dalam beberapa aspek, dibandingkan dengan kinerja katalis komersial yang diimpor.
Katalis yang dinamakan TN 100-2T ini selain diuji pada reaktor berskala laboratorium (massa katalis 1 gram), juga telah diuji pada reaktor pilot (massa katalis 100 gram) selama 4 bulan. Bahkan, TN 100-2T telah digunakan dalam reaktor industri (massa katalis 3,5 ton) selama 2,5 bulan di Pertamina RU-II Dumai. Seluruh hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa TN 100-2T memiliki aktivitas penyingkiran senyawa sulfur dan nitrogen yang setara dengan katalis komersial yang biasa digunakan di kilang Dumai tersebut
Bahkan, untuk penyingkiran senyawa nitrogen (dengan istilah hidrodenitrogenasi), TN 100-2T memiliki kinerja yang lebih baik (sebesar 97,25%) dari katalis komersial (sebesar 66,67%) pada reaktor komersial Dumai. Temperatur operasinya pun lebih rendah jika dibandingkan dengan katalis komersial, sehingga penghematan energi dapat dilakukan.
Keterulangan prosedur pembuatan katalis dan penyangganya juga sangat baik. Katalis skala laboratorium yang dibuat dengan skala 10 gram/batch maupun katalis skala komersial yang dibuat dengan skala 600 kg/batch memiliki sifat fisik dan aktivitas yang hampir sama, dan setara dengan aktivitas katalis komersial.
Katalis TN 100-2T ini memiliki umur sekitar 1 tahun, dan berpotensi untuk dipanjangkan umurnya karena sifatnya yang tidak mudah remuk. Hal ini didukung oleh bukti kinerjanya di Pertamina RU-II Dumai sejak Juli 2011 yang masih baik. Ke depannya, tidak hanya untuk hydrotreating nafta, TN 100-2T juga dapat digunakan untuk hydrotreating diesel.
Keberhasilan pembuatan katalis TN 100-2T ini, apalagi dalam skala komersial, merupakan sebuah pencapaian luar biasa yang membangun kepercayaan industri kepada perguruan tinggi, dalam hal ini untuk membuat katalis. Promotor Dr. Ulfah, Dr. Subagjo, menyatakan kebanggaannya atas keberhasilan produksi 'katalis merah putih' ini, yang diamini oleh segenap ko-promotor, tim penyanggah, dan pemimpin sidang. Dr. Melia Laniwati sebagai ko-promotor bahkan menyampaikan apresiasinya lebih lanjut, "Beginilah sebaiknya sebuah penelitian dilakukan. Tidak hanya berhenti hingga publikasi, namun terus dilanjutkan hingga menemukan bentuk aplikasinya dalam kehidupan nyata."
Setelah memperoleh gelarnya, Dr. Maria Ulfah akan kembali mengajar di Jurusan Teknik Kimia Universitas Bung Hatta dan akan terus mengembangkan keahliannya dalam bidang Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis.