Dosen dan Mahasiswa Teknik Telekomunikasi ITB Bantu Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Cicaheum Bandung
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Pada era perkembangan instrumen Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), hampir seluruh lapisan masyarakat mampu mengakses dan menggunakannya. Apabila dimanfaatkan dengan baik, TIK akan berdampak positif terhadap peningkatan pemberdayaan sektor pendidikan dan perekonomian di daerah urban, maupun rural. Sayangnya, keuntungan ini belum dapat dinikmati secara optimal oleh kelompok-kelompok berstatus sosio-ekonomi rendah.
Prof. Ir. Adit Kurniawan, M.Eng., Ph.D., dari KK Teknik Telekomunikasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, menjelaskan bahwa kesenjangan kemampuan masyarakat dapat terjadi karena faktor kemiskinan, buta aksara, kurangnya kemampuan menggunakan gawai, serta hambatan bahasa.
“Secara khusus, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi potensi dari TIK baru,” jelasnya. Di sisi lain, latar belakang dan sosio-kultural kelompok masyarakat tersebut juga menjadi tantangan tersendiri. Seringkali, pemanfaatan TIK ditafsirkan secara berbeda-beda, bahkan cenderung menyesatkan.
Menurut Bank Dunia, masyarakat menengah ke bawah perlu mendapatkan perhatian lebih sebagai pengguna informasi, dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang relevan dan mudah dipahami. Intervensi TIK dapat diarahkan pada pemberdayaan secara ekonomi dengan memanfaatkan potensi teknologi, seperti jaringan koperasi di Indonesia yang berperan besar apabila didukung oleh akses TIK yang mumpuni.
Sejalan dengan itu, tim pengabdian masyarakat ITB yang terdiri atas dua mahasiswa Teknik Telekomunikasi ITB dan dosen, menjalankan program pengabdian masyarakat berisi edukasi dalam pemanfaatan teknologi informasi dan media sosial. Harapannya, masyarakat dapat menerima binaan yang berkelanjutan karena adanya dinamika perkembangan TIK yang pesat.
“Adapun indikator dari pengabdian ini adalah peningkatan kualitas hidup, kecerdasan dalam mengolah informasi, serta reputasi dan apresiasi masyarakat kelas bawah terhadap perguruan tinggi, terutama ITB,” lanjut Prof. Adit.
Wilayah binaan yang dipilih adalah RW 07, Kelurahan Cicaheum, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung. Mereka diberikan bimbingan, pelatihan, dan ceramah terkait penggunaan TIK, serta modul-modul yang berisi panduan dalam menggunakan marketplace sebagai kanal pemasaran produk secara daring. Penyuluhan ini merupakan kontribusi yang sangat berarti bagi masyarakat Kelurahan Cicaheum dalam merevitalisasi kondisi sosioekonominya, terutama yang mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.
Secara umum, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diikuti oleh peserta yang berdomisili di dekat Masjid Al-Hidayah sebagai tempat pelaksanaan pelatihan tatap muka. Dalam kesehariannya, mereka terbiasa menjajakan produk rumahan menggunakan meja-meja kecil atau gerobak kaki lima. Pemanfaatan teknologi daring melalui berbagai aplikasi diharapkan dapat meningkatkan omzet penjualan dan memperluas jangkauan pemasaran, hingga akhirnya kesejahteraan masyarakat pun meningkat.
Kegiatan diawali dengan diskusi dalam grup WhatsApp Jamaah Masjid Al-Hidayah, yang kemudian dikerucutkan pada adanya kebutuhan warga untuk memperoleh pelatihan tentang marketplace. Setelah mendata jumlah peserta yang bersedia ikut, rapat koordinasi dengan pengurus DKM masjid pun dilakukan sebagai upaya integrasi dengan program internal masjid. Pelatihan pun akhirnya dilakukan setiap Jumat sore selama 6 minggu. Kontinuitas program kemudian dipantau dan dikomunikasikan melalui grup masyarakat dan narasumber.
Peserta pelatihan mengaku sangat terbantu dengan peran serta para pelaksana dalam mengajarkan kiat menggunakan aplikasi pada perangkat smartphone untuk menjual produk-produk secara daring. Melalui kontribusi dalam mengatasi masalah akses TIK, masyarakat dapat berangsur-angsur bangkit dari keterpurukan dengan dukungan tim PkM ITB.
*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB, tulisan selengkapnya dapat dibaca di laman https://pengabdian.lppm.itb.ac.id
Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)