Dosen Farmasi ITB Ungkap Rahasia Bugar dan Produktif di Bulan Ramadan
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id — Dua dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF ITB) menjadi narasumber acara Healthy Life yang diadakan oleh Radio KLCBS, Bandung, pada Rabu (20/3/2024). Keduanya adalah Dr. Nia Sri Ramania, M.Sc., dan Dr. Muhammad Fahmi Hasan, M.Or., dari Kelompok Keahlian Ilmu Keolahragaan Sekolah Farmasi ITB.
Pada sesi on air tersebut, keduanya membahas seputar tema 'Bugar Berpuasa'.
Menurut Nia, bugar adalah suatu kondisi di mana tubuh mampu melakukan aktivitas fisik dengan intensitas yang relatif tinggi tanpa merasa kelelahan atapun mengalami gangguan fungsi fisiologis. Setiap orang memiliki level kebugaran yang berbeda tergantung pada faktor-faktor internal maupun eksternal, seperti nutrisi, frekuensi latihan, usia, dan sebagainya.
“Saat duduk mungkin kita terlihat sama-sama sehat. Tapi begitu kita beraktivitas fisik, terlihatlah kualitas kebugaran kita. Orang sehat belum tentu bugar, tapi orang bugar sudah pasti sehat,” ujarnya.
Saat berpuasa, kebugaran tubuh secara alami akan menurun pada waktu-waktu tertentu akibat jeda asupan makanan dan minuman. Hal ini ditunjukkan dengan adanya respon fisiologis di mana tubuh menjadi terasa lemas.
Fahmi menuturkan bahwa kondisi ini sangat normal dan tidak akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Kuncinya adalah pengelolaan asupan makanan saat berbuka puasa dan sahur.
Di sisi lain, asupan makanan yang berlebihan saat buka dan sahur, ditambah kurangnya aktivitas fisik saat puasa mampu menyebabkan obesitas pada beberapa orang. Maka dari itu, penting untuk tetap menjaga kebugaran tubuh saat puasa melalui aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kemampuan tubuh tiap individu.
“Kondisi tubuh yang lemas secara psikologis membuat kita malas bergerak dan beraktivitas. Padahal respons kita ketika berbuka dan sahur itu kadang makan berlebih. Akhirnya secara hitung-hitungan kalori menjadi surplus,” ujar Fahmi.
Untuk itu, saat berpuasa masyarakat disarankan untuk tetap melakukan aktivitas fisik ringan pada waktu sore hari menjelang berbuka. Nia menambahkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan sebaiknya memenuhi prinsip ATM (aman, terukur, menyenangkan). Jenis olahraga yang direkomendasikan misalnya jalan kaki dan jogging.
Lebih lanjut, asupan makanan juga perlu diperhatikan untuk memelihara kebugaran tubuh saat berpuasa. Makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka harus memiliki kandungan gizi yang lengkap dan seimbang, seperti karbohidrat kompleks, protein, lemak, dan serat.
Pengukuran kuantitas sumber makanan juga sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh agar pemenuhannya tidak berlebihan ataupun kekurangan.
“Persentase kebutuhan asupan gizi setiap orang tidak bisa disamakan karena ukurannya sesuai dengan berat badan,” jelas Fahmi.
Selain itu, hal aspek psikologis juga tidak kalah penting dari aspek fisik. Dalam hal ini, kita perlu mengatur emosi dan suasana hati saat berpuasa, karena kondisi stress secara tidak langsung juga akan bepengaruh pada kebugaran tubuh.
Orang yang sedang stress memiliki kecenderungan untuk menghindari aktivitas fisik serta tidak menjaga asupan makanan yang masuk ke tubuhnya. Hal inilah yang kemudian akan mengarah pada indikasi-indikasi penurunan kebugaran dan kesehatan saat berpuasa.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)