Orasi Ilmiah Prof. Prihadi: Mendorong Kemampuan Nasional dalam Memodifikasi Proses dan Peralatan Industri Seiring Kebijakan Energi dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Fenomena pemanasan global yang semakin cepat memacu negara di seluruh dunia untuk segera membenahi kebijakan penggunaan energi di wilayahnya, termasuk Indonesia. Sejak tahun 2021, Kementerian ESDM RI menetapkan bahwa penggunaan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia harus segera diakselerasi sebesar 23% pada tahun 2025. Namun, kebijakan ini cukup sulit untuk dilakukan mengingat sektor industri dengan bahan fosil merupakan tulang punggung Indonesia dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

 Namun, kebijakan ini cukup sulit untuk dilakukan mengingat sektor industri dengan bahan fosil merupakan tulang punggung Indonesia dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Kelompok Keahlian Konversi Energi dari Fakultas Teknologi Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, Prof. Dr. Ir. Prihadi Setyo Darmanto, dalam acara Orasi Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Sabtu (29/10/2022).

Acara ini dilaksanakan secara luring di Aula Barat, Kampus ITB Ganesha dan juga disiarkan secara daring melalui kanal youtube ITB. Adapun topik yang dibawakan oleh Prof. Prihadi adalah “Mendorong Kemampuan Nasional dalam Memodifikasi Proses dan Peralatan Industri Seiring Kebijakan Energi dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan”.

Di awal pemaparannya, Prof. Prihadi menyampaikan bahwa untuk melakukan akselerasi penggunaan EBT di Indonesia, pemerintah perlu mengkaji terlebih dahulu berbagai tantangan yang dihadapi dalam dunia industri ini. Beberapa tantangan tersebut di antaranya adalah (1) adanya engineer yang operator pemilik pabrik yang masih takut/ragu untuk mengubah penggunaan energinya ke dalam bentuk EBT; (2) adanya penanggung jawab operasional pabrik yang masih gamang, dan (3) adanya kesulitan untuk menjadikan pabrik sebagai laboratorium rill akibat kurangnya kepercayaan dari pihak industri.

Lebih lanjut, Prof. Prihadi menjelaskan bahwa alternatif solusi yang bisa dilakukan pemerintah untuk menangani masalah ini adalah dengan melakukan proses transisi energi secara perlahan dengan disertai tim yang kuat dan terpercaya sehingga segala risiko buruk bisa dihadapi dengan baik dan pihak industri pun akan terjaga kepercayaannya.

Kemudian, setelah memastikan kedua langkah tadi, pihak pemerintah bisa mulai memodifikasi peralatan industri agar lebih efisien dengan beberapa langkah di antaranya tahap persiapan dan analisis proses; tahap Asesmen teknik modifikasi dan dampak-dampak yang mungkin terjadi; dan tahap perhitungan detail dan persiapan implementasi.

Salah satu proyek modifikasi yang telah berhasil dilakukan oleh Prof. Prihadi adalah proses modifikasi di Pembangkit Listrik daerah Lampung dengan menginstal anti abrassion beam di dalam Boiler jenis CFB.

“Kami pernah memodifikasi pembangkit listrik. Ternyata pembangkit ini banyak masalah dan salah satu penyebabnya adalah akibat erosi yang disebabkan oleh pasir yang digunakan sehingga pipanya pecah. Akibatnya produksinya berkurang hingga mencapai 60% dari target,” jelasnya.

Kemudian, bersama timnya, Prof. Prihadi melakukan analisis kajian permasalahan hingga menyimpulkan bahwa solusi yang bisa dilakukan untuk masalah itu adalah dengan memasang anti abrassion beam sebanyak 7 tingkat pada pipa boilernya. Harapannya dengan adanya anti abrassion beam ini, pasir-pasir yang dihasilkan dalam boiler itu akan kembali melompat ke posisi tengah sehingga erosi tidak terjadi. Ternyata, apa yang diharapkan terjadi, setelah disimulasikan persentase kerusakan akibat erosi pasir ini berkurang dari 75% menjadi 10% saja.

“Setelah berunding banyak, akhirnya kami memasang anti abrassion beam. Setelah disimulasikan, ternyata hasilnya benar. Presentasi pabrik berhenti akibat erosi ini yang biasanya mencapai 75%, akhirnya berkurang hingga menjadi 10% saja sehingga daya produksinya meningkat dan mampu menghemat biaya operasional pabrik sebesar 28 miliar rupiah,” jelasnya.

Di akhir sesi pemaparannya, Prof. Prihadi mengatakan bahwa sektor industri itu merupakan andalan produktif negara Indonesia untuk menghasilkan laba sehingga perlu penyesuaian keberlanjutan energi yang lebih terjamin. Adapun proses keberlanjutan ini pun ia harapkan bisa digantungkan pada bangsa Indonesia sendiri. Akibatnya, komitmen dari manajemen, pelaksana lapangan, peneliti, dan akademisi bisa ditingkatkan untuk membangun kolaborasi yang saling terpercaya sehingga bisa diandalkan.

Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)