Dosen SAPPK ITB Buat Tenda Darurat Fleksibel untuk Bencana Alam

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id –Pada tiga tahun terakhir terjadi banyak bencana alam seperti gempa, banjir, dan tanah longsor di Indonesia. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama 1 tahun, yaitu pada periode Februari 2020 sampai Februari 2021 terjadi kurang lebih 3.253 bencana. Menurut Bank Dunia, Indonesia berada di 35 negara dengan tingkat risiko ancaman bencana paling tinggi di dunia. Maka kesiapsiagaan akan bencana alam adalah hal yang mutlak. Salah satu cara persiapan akan bencana alam adalah kolaborasi pemerintah, akademisi, dan elemen masyarakat.

Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin oleh Dr. Ing. Andry Widyowijatnoko, S.T, M.T., dari Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) berkolaborasi dengan Rumah Amal Salman mengembangkan desain dan prototipe tenda darurat untuk persiapan akan bencana alam. Hasil temuan kelompok yang dipimpin oleh Andry Widyowijatnoko juga dibantu oleh mahasiswa Abdul Azis dan M. Isa Tsaqif dipublikasikan pada rubrik Rekacipta ITB yang diterbitkan pada Selasa (25/1/2022) atas kerja sama LPPM ITB dengan Media Indonesia.

“Ada dua tenda yang dibuat dalam program, yaitu truss tunnel dan lattice tunnel. Tenda truss tunnel merupakan alternatif desain tenda darurat pertama yang diproduksi tim kami dengan memanfaatkan sistem konstruksi knock-down. Tenda kedua yang dikembangkan adalah tenda lattice tunnel sebagai alternatif desain yang diproduksi dengan menggunakan struktur lattice pada rangkaiannya,” jelas Andri seperti dikutip dari Rekacipta ITB.

Tenda truss tunnel menggunakan sistem konstruksi knock-down. Struktur tunnel dibentuk batang-batang yang membentuk lengkungan tunnel dan membentuk panjang tunnel dengan jenis elemen batang dan sambungan yang minimal. Bentuk kelengkungan tunnel adalah segitiga atau truss merupakan geometri paling stabil. Tenda memiliki karakteristik portabel dan modular agar lebih mudah dan lebih cepat dikonstruksikan. Komposisi material daya tahan tinggi untuk tenda adalah pipagalvanis digunakan sebagai materi utama rangka tenda, tali webbing atau kernmantle untuk bracing, dan kain cordura 1000D untuk membran tenda.

“Struktur pada tenda truss tunnel terdiri dari lima rangka utama yang dihubungkan elemen horizontal, tali bracing, dan membran. Rangka utama menahan beban lateral arah melintang yang merupakan gabungan dari rangkaian dua pipa yang saling mengakukan. Elemen horizontal, tali bracing, dan membran tenda sebagai penumpu beban lateral arah memanjang. Tali bracing dan membran tenda membantu memakukan tenda,” jelas Andri mengenai struktur tenda truss tunnel.

Tenda kedua yang dikembangkan adalah tenda lattice tunnel. Struktur lattice merupakan struktur diagrid yang menciptakan kekakuan struktur tanpa penambahan elemen struktur. Struktur ini hasil rekayasa desain untuk pengurangan berat, energi, dan waktu manufaktur yang diharapkan dapat menahan gaya lateral lebih baik. Terdapat juga sistem knock-down untuk menyederhanankan modul elemen utama. Dua jenis batang digunakan untuk memperkuat dan rangka bukaan di kedua ujung tunnel.

Material rangkai dan tali bracing tenda lattice tunnel sama dengan tenda truss tunel. Namun, tenda lattice tunnel menggunakan kain cordura 750D agar lebih ringan. Bentuk diagrid memungkinkan modifikasi panjang tenda yang lebih fleksibel.

“Kelebihan dari dua tenda tersebut adalah fitur respons beban lateral dan fleksibilitas penggunaan tenda agar sesuai kebutuhan mitigasi bencana seperti posko relawan, klinik darurat, dan dapur umum. Ruang tenda yang tinggi juga membuat pemenuhan kebutuhan udara penghuni tenda dengan baik.” tambahnya mengenai tenda lattice tunnel.

Pada saat ini proses pengembangan desain dan pembuatan prototipe adalah perpaduan rekayasa keteknikan dan keilmuan praktis para tukang besi. Hasil yang didapatkan adalah dua prototipe sistem tenda knock-down yang mudah juga murah untuk diproduksi secara massal, serta mudah digunakan. Kunci utama kesuksesan konstruksi adalah sistem modular variasi elemen minimal. Maka pengembangan tenda darurat harus tetap dilakukan untuk menemukan solusi-solusi inovatif sebagai upaya peningkatan ketahanan kehidupan masyarakat Indonesia terhadap bencana.

*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB, tulisan selengkapnya dapat dibaca di laman https://pengabdian.lppm.itb.ac.id

Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)