Aman dan Nyaman Kuliah Luring di Masa Pandemi Covid-19
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun tentu membawa banyak perubahan. Salah satunya dalam dunia perkuliahan di mana kegiatan yang sejatinya dapat dilakukan secara luring menjadi daring. Namun, di awal semester genap TA 2021/2022 ITB mengeluarkan kebijakan perkuliahan dengan metode bauran antara luring dan daring.
Tentu diperlukan kesiapan bagi mahasiswa untuk bisa kembali lagi ke kampus di tengah situasi Covid-19 yang tidak kunjung mereda. Berkaitan dengan hal tersebut, Sekolah Farmasi ITB (SF ITB) bekerja sama dengan UPT Layanan Kesehatan ITB menyelenggarakan webinar secara daring yang membahas tentang “Aman dan Nyaman Kuliah Luring di Masa Pandemi Covid-19”, Sabtu (29/1/2022).
Acara diselenggarakan secara online melalui Zoom dan kanal YouTube Sekolah Farmasi ITB dan dipandu oleh Bhekti Pratiwi selaku moderator. Webinar mendatangkan dua narasumber yang ahli di bidangnya yakni, Dokter Umum Klinik Pratama UPT Layanan Kesehatan ITB dr. Narissa Amaravati dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Fredrick Dermawan Purba, M.Psi., Ph.D., Psikolog.
Acara dibuka oleh Dekan Sekolah Farmasi ITB Prof. Dr. apt. I Ketut Adnyana, M.Si. Ia turut menyampaikan rasa senangnya terhadap acara ini karena menurutnya webinar ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan mahasiswa kembali ke kampus di tengah pandemi. Selain itu, Prof. Ketut juga mengatakan pentingnya untuk fokus pada diri sendiri karena hal ini berpengaruh pada sistem imun kita. Sehingga, hindari tekanan berlebih yang dapat memicu stres.
Pada acara inti, pemaparan pertama oleh Dokter Umum Klinik Pratama UPT Layanan Kesehatan ITB dr. Narissa Anugrawati atau kerap dipanggil dr. Sasa yang membahas tentang “Ayo Jaga Diri dengan Menerapkan Protokol Kesehatan”. Pada pemaparannya, banyak membahas tentang varian baru virus corona yakni omicron, gejala, tindakan yang harus dilakukan dan kiat-kiat menjaga diri dari virus ini.
Pada presentasinya, dr. Sasa juga menjelaskan bahwa virus secara konstan bisa berubah/mutasi menjadi varian baru. Varian baru ini bisa hilang atau bisa menjadi lebih kuat dan menyebar lebih luas. Seperti halnya Corona Virus yang bermutasi menjadi banyak varian salah satunya yakni varian omicron (B. 1.1 .529) yang memiliki kemampuan penularan dan memperbanyak diri lebih tinggi dari varian sebelumnya.
Gejala awal batuk, fatigue, hidung tersumbat, demam, mual/muntah, sesak napas, diare, anosmia. Telah dilaporkan dua kasus kematian pertama Indonesia akibat omicron di Indonesia per 22 Januari 2022.
Selain menerapkan protokol Kesehatan yang ketat, dr. Sasa juga menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh. Beberapa langkah yang dapat dilakukan di antaranya, mengonsumsi gizi seimbang, tidak merokok, mengonsumsi suplemen vitamin, melakukan aktivitas fisik/senam ringan, istirahat yang cukup, dan mengendalikan tingkat stres agar imun tubuh tidak menurun. Lebih lanjut, penjelasan tentang stres dijelaskan oleh pembicara kedua.
Stres adalah kondisi di mana tubuh mendapat tekanan yang tinggi baik dari internal maupun eksternal. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Fredrick Dermawan Purba, M.Psi., Ph.D., Psikolog atau akrab dipanggil Bang Jeki pada webinar ini banyak membahas tentang Mengelola Diri Menjalani Kuliah Hybrid Masa Pandemi yang bermanfaat agar kita bisa mengelola stres dengan baik.
Menurutnya, komponen stres dibagi menjadi tiga yakni stressor atau hal-hal yang membuat kita tertekan, penilaian, dan kemampuan/sumber daya. Ketiganya harus dikuasai karena sebagai kunci utama memanajemen stres dalam diri. Stressor dinilai berbeda tiap orang yang juga bergantung terhadap sumber daya. Ada orang yang terlalu fokus sumber daya internal sehingga stressor-nya mendominasi sehingga terkena stres. Namun, ada juga orang yang menilai sumber daya tidak hanya dari dalam tetapi dari luar sehingga kemampuan sumber dayanya hampir mendekati stressor sehingga dia tidak tidak berada dalam keadaan stres.
Namun, ketiganya akan berjalan dengan baik apabila dimulai dengan growth mindset. Dengan melakukan hal ini dapat menimbulkan motivasi untuk melakukan tindakan yang sejalan. Bang Jeki juga berbagi tips untuk mengatasi stress (coping stress). Dalam mengatasi stress, terdapat tiga pendekatan yakni fokus pada masalah meliputi, koping aktif, perencanaan, bingkai ulang positif atau fokus pada emosi meliputi penerimaan, humor, agama/kepercayaan, dukungan emosional, dukungan instrumental, distraksi diri atau fokus keduanya.
“Singkatnya, kita tidak akan berada dalam kondisi stres apabila stressor dapat terselesaikan. Selain itu, hindari hal-hal yang kurang sehat seperti, penyangkalan, melampiaskan, penggunaan obat-obatan, menyerah, dan menyalahkan diri sendiri. Menerapkan pola hidup sehat juga menjadi cara terhindar dari stres dengan memakan makanan yang bergizi, olahraga, tidur yang teratur, periksa kesehatan, rencanakan agenda kegiatan, dan selalu mendapat dukungan sosial. Oleh karena itu, apabila kita bisa mengatasi kondisi stress maka imun kita dapat meningkat dan kita dapat terhindar dari penularan Corona Virus,” jelasnya.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)