Ekskursi Tahunan FTSL : Cara ITB Tingkatkan Wawasan Mahasiswa
Oleh Anin Ayu Mahmudah
Editor Anin Ayu Mahmudah
BANDUNG, itb.ac.id - Sebagai salah institusi teknologi yang menjadi harapan bangsa, ITB berkomitmen untuk memperluas wawasan mahasiswanya. Bukan hanya dengan pembelajaran teori, tetapi juga praktik. Hal itu diaplikasikan dengan kunjungan lapangan ke beberapa tempat yang menjadi program wajib pada setiap tingkatnya. Sesuatu yang menarik di setiap kunjungan lapangan adalah, kesempatan untuk melihat aplikasi konsep yang telah dipelajari melalui wujud fisik yang mudah dibayangkan.
Melihat Inti Permasalahan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB merealisasikan hal itu dengan kegiatan ekskursi yang dilakukan setiap tahunnya melalui mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain 2 (KU 1201). Pesertanya adalah mahasiswa FTSL tingkat pertama. Ekskursi sendiri adalah program kegiatan belajar di luar ruangan dengan fokus peninjauan ke lokasi proyek yang berkenaan dengan keilmuan terkait.
Selama tiga tahun terakhir keberjalanan program ini, FTSL ITB sudah banyak melakukan peninjauan ke proyek-proyek besar, di antaranya proyek Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta (2015), reklamasi Pantai Utara Jakarta pulau J dan K (2016), serta yang terbaru Bandara Internasional Jawa Barat (2017).
Dalam kunjungan ke Terminal 3 Ultimate dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), mahasiswa dapat membayangkan dan mengetahui struktur yang digunakan, proses pengolahan air bersih dan limbah, serta kesulitan dan tantangan yang terjadi. Serupa tapi tak sama, di tahun 2016, dalam kunjungan ke reklamasi Pantai Utara Jakarta, mahasiswa dapat melihat permasalahan yang lebih kompleks karena bangunan kelak akan didirikan di atas pulau buatan yang terbuat dari pasir. Struktur pondasi yang kompleks serta efek lingkungan yang mungkin terjadi dapat menjadi fokus masing-masing program studi yang ada di FTSL.
Perlunya Harmonisasi Antar Bidang Keilmuan
Mengapa harus kesana? Alasannya, proyek tersebut memiliki nilai informasi yang berkaitan dengan mata kuliah di tingkat dua. Lebih dari itu, kegiatan seperti ini juga bertujuan untuk membuka mata mahasiswa akan spesialisasi berbagai jurusan yang ada di FTSL karena dari lima jurusan yang ada. Sehingga pengetahuan akan kelima jurusan tidak berat sebelah.
Masing-masing bidang keilmuan di FTSL saling berkorelasi untuk menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis. Sebagai contoh, dalam suatu pekerjaan pembangunan, Program Studi Teknik Sipil berfokus pada konstruksi bangunan dan pondasi, Program Studi Teknik Kelautan akan fokus pada struktur bangunan pantai dan laut, Program Studi Teknik Lingkungan berfokus pada pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga, Program Studi Teknik Pengelolaan Sumber Daya Air (TPSDA) berfokus pada tata kelola aliran dan bangunan air, serta Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (RIL) menaruh fokus pada efek proyek terhadap lingkungan sekitar. Kelimanya berjalan secara berdampingan untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur yang tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Saat ditemui di lokasi proyek, Dodo, project manager BIJB, menjelaskan bahwa di sebelah barat bandara akan didirikan kota mandiri dengan luas 3400 hektar. “Ini membutuhkan banyak insinyur teknik, terutama teknik sipil, teknik lingkungan, arsitektur, planologi, serta bidang-bidang keilmuan lainnya,” pungkas Dodo. Terlebih lagi, proyek ini adalah proyek percontohan karena dibangun tanpa kucuran dana pemerintah pusat. Apabila berhasil, BIJB menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pertama yang dapat membangun dan mengoperasikan bandara secara mandiri.
Kerjasama yang baik antar bidang keilmuan dapat menjadi awal keberhasilan suatu proyek. Itulah yang diharapkan segenap masyarakat dan Civitas Akademika ITB. Semoga di masa depan, alumni ITB dapat menyalurkan bidang keilmuannya bagi kemajuan bangsa Indonesia yang lebih baik.
Reporter : Jonathan Raditya (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan 2016)
ITB Journalist Apprentice 2017
Sumber gambar : ftsl.itb.ac.id dan dokumentasi pribadi