Ekspedisi Pelita Muda: Menilik Realitas Bangsa dengan Kunjungi Daerah Tertinggal

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor Ninik Susadi Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Pengabdian pada masyarakat sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan sebuah tanggungjawab bagi seluruh insan akademis. Tak terkecuali bagi mahasiswa ITB. Dalam prakteknya, pengabdian pada masyarakat adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di dalam perkuliahan. Sebagai suatu kontribusi nyata yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memecahkan permasalahan bangsanya. Kali ini Keluarga Mahasiswa (KM) ITB mencoba menjadi fasilitator untuk berkontribusi lebih untuk bangsa Indonesia melalui Ekspedisi Pelita Muda.

Ekpedisi Pelita Muda adalah suatu gerakan pengabdian kepada masyarakat dengan terjun langsung mengunjungi daerah-daerah tertinggal di Indonesia. Ekpedisi ini dilaksanakan pada bulan Januari (6-23/01/2014). Daerah-daerah yang dikunjungi oleh tim Ekspedisi Pelita Muda adalah Pulau Siberut (Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat) dan Daerah Sumba Timur. Daerah tersebut dipilih sebagai hasil pertimbangan dari berbagai aspek serta data-data yang diperoleh dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.

Metode pengabdian masyarakat ini merupakan hal baru yang dapat dikatakan inovatif sehingga membuat tantangan tersendiri bagi mahasiswa ITB. Menurut Nyoman Anjani (Ketua Kabinet Pelita Muda KM-ITB), gagasan awal terciptanya Ekspedisi Pelita Muda adalah ingin memperlihatkan kepada mahasiswa ITB bahwa realitas bangsa Indonesia diluar kampus ITB serta potensi apa saja yang dimiliki daerah tersebut.

Setelah tahap persiapan dan seleksi yang cukup ketat, terpilihlah 26 orang yang berhasil berangkat untuk mengikuti ekspedisi ini. Ekspedisi terbagi menjadi 5 tim yang disebar ke beberapa desa dari masing-masing daerah.

Keharmonisan Desa Kadahang

Dari 5 tim yang disebar, 3 tim bertugas di Pulau Sumba. Pulau Sumba terdiri dari beberapa desa, 3 desa yang dieksplorasi oleh tim Ekspedisi Pelita Muda adalah Desa Prayawang, Tanarara, dan Kadahang. Dengan menggunakan pesawat terbang, tim ekspedisi sampai di ibukota Sumba Timur yaitu Waingapu. Salah satu tim bertugas untuk mengeksplorasi Desa Kadahang. Tim tersebut beranggotakan Rafi Respati (Teknik Geodesi 2011) sebagai komandan tim, Kanya Paramita (Teknik Informatika 2012), M. Adi Prasojo (Teknik Geologi 2011), Syahrifa Aulia (Arsitektur 2011), Rizki Eko Putra (Teknik Elektro 2010), dan Salsabila Nurjawi (Farmasi Klinik dan Komunitas 2010).

Desa Kadahang terletak di pesisir pantai pulau Sumba. Mata pencaharian penduduk disana kebanyakan sebagai nelayan. Sebagian warga juga memiliki kebun dan perternakan. Desa Kadahang sebenarnya dapat dikatakan desa yang sudah berkembang. Ditinjau dari aspek seperti infrastruktur dan keadaan warga. Listrik yang digunakan berasal dari sel surya (solar cell)­. Warga Desa Kadahang pun memliki sistem air sendiri. Pembangunan jalan juga sudah banyak dilakukan. Hanya saja keberadaan sel surya masih kurang, dikarenakan banyak sel surya yang rusak akibat ketidaktahuan dalam penggunaan. Sistem air dalam penyiraman tanaman juga masih kurang baik.  

Kedatangan tim Ekspedisi Pelita Muda ke Desa Kadahang disambut baik oleh para warganya. Terbukti dengan selalu diikutsertakannya tim ekspedisi dalam setiap acara adat yang dilaksanakan. Selain itu, warga Desa Kadahang juga memperbolehkan tim untuk ikut kedalam kegiatan sehari-hari mereka. Desa Kadahang merupakan desa yang sangat indah pemandangannya. Pantai-pantai yang masih jarang terjamah manusia, kebun pertanian yang luas, dan corak kebudayaan yang masih kental.

Warga Kadahang juga sangat ramah, mereka tidak segan untuk selalu menyapa dan bercengkrama dengan tim ekspedisi setiap kali bertemu. Budaya ketimuran yang masih sangat kental dan jauh dari kata hedonis. Toleransi antar umat beragama juga sangat dijunjung tinggi. "Pengalaman paling unik disana saat disodorkan pisau untuk menyembelih ayam, karena mereka tahu orang Islam ada cara tersendiri," tutur Salsabila. Sebagai penduduk yang mayoritas beragama Kristen mereka sangat menghargai pemeluk agama lain. Hal tersebut merupakan hal pelajaran yang patut dicontoh untuk warga perkotaan. Bahwa dengan kesederhaan dan kehangatan akan tercipta suatu keharmonisan.

Sebagai Tim Surveyor

Lima tim yang berangkat merupakan tim surveyor yang akan menganalisis keadaan desa tujuan sekaligus pendekatan pada penduduk desa. Mereka bertugas untuk mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya terhadap desa-desa tersebut. Nantinya, pada tahun-tahun berikutnya akan dilaksanakan ekspedisi lanjutan untuk pembangunan desa-desa tersebut. Community Development yang dibangun Ekspedisi Pelita Muda berharap untuk dapat menerapkan keilmuan yang dipelajari mahasiswa ITB dalam teknologi tepat guna. "Besar harapan agar ekspedisi ini tetap sustain dan menginspirasi universitas lain dalam aksi pengabdian masyarakat serta karya nyata mahasiswa ITB yang nantinya akan terus membesar dan menyebar," jelas Nyoman diakhir wawancara.        

 

Sumber foto: Dokumentasi pribadi Ekspedisi Pelita Muda