Elnaya dan Karya Esainya yang Mendunia di Ajang Hay Festival dan COP26
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Setelah sebelumnya berhasil meraih prestasi tingkat internasional dari UNESCO, Elnaya Mahadevi Pillian kembali berhasil memetik prestasi. Prestasi ini dia dapat dari ajang Hay Festival. Dalam periode tertentu Hay Festival mengumpulkan karya literatur terbaik dari seluruh penjuru dunia. Pada periode lalu, Hay Festival mengangkat tema “Write For Change”. Tema inilah yang mendorong Elnaya untuk ikut Hay Festival 2021.
Selain itu, tulisan Elnaya ini juga ikut dibacakan di dalam Conference of the Parties ke-26 (COP26). COP 26 adalah kegiatan yang mempertemukan para pemimpin dunia untuk membicarakan dan menanggulangi isu perubahan iklim global. Tulisan hebat ini juga digabungkan ke dalam suatu antologi bersama tulisan penulis terkenal seperti Greta Thunberg dll.
Sumber Hay Festival
Elnaya sendiri tidak ingat bahwa dia pernah mengirim karyanya tersebut ke Pihak Hay Festival. Dia baru sadar setelah dihubungi oleh panitia penyelenggara. Terlepas dari lomba atau tidak, Elnaya sendiri menggap bahwa dengan menulis, segala beban serta kesibukannya menjadi hilang.
Dalam tulisannya dia membahas tentang pengalamannya selama tinggal di negara lain. Melalui pengalamannya ini dia dapat membandingkan kondisi iklim kedua negara, yakni Uni Emirat Arab dan Indonesia. “Jadi selain karena aku anak Teknik Lingkungan, aku juga ngangkat isu ini karena memang aku benar-benar ngerasakan perubahan iklim yang drastis dalam waktu 10 tahun terakhir,” ujar Elnaya.
Dia sangat berharap tulisannya ini bisa berdampak bagi para pembacanya terutama para pemimpin dunia yang sudah mendengarkan isi tulisannya tersebut pada COP 26 lalu. Dia berharap para pemimpin dunia yang tentunya sudah sangat paham perihal lingkungan ini bisa membuat kebijakan yang tepat. “Kalau aku aja yang masih mahasiswa sadar akan dampak dari perubahan iklim ini sangat besar, tentu para pemimpin dunia bisa melihat dampak yang lebih besar juga,” ujarnya.
Dia juga berharap bahwa kebijakan yang dibuat tidak hanya untuk memenuhi kewajiban, tetapi memang harus akurat. “Kebijakan yang dibuat harus sesuai concern mereka, ga hanya untuk menuhin kewajiban saja,” ujarnya dengan tegas. Pernyataannya tersebut bukan untuk mengubah apa yang terjadi, tapi dia ingin setidaknya semua orang bisa menyelamatkan masa depan.
Sebelumnya dia juga mendapat suatu pesan dari keluarga yang dia sorot dalam tulisannya. Dia percaya bahwa segala hal yang ada dunia ini tidak serta merta dijanjikan buat kita. Layaknya meminjam barang, tentu harus dikembalikan dengan utuh sesudah selesai dipakai.
Mendengar kabar bahagia ini dia sangat senang dan sangat bersyukur tulisannya tersebut mendapat pengakuan sehingga bisa dibacakan dalam suatu konferensi penting. Ucapan terima kasih untuk teman serta keluarga tentu tidak lupa dia sampaikan. Dia ingin tulisan yang ia buat berikutnya semakin baik dan semakin bermanfaat untuk orang lain.
Dalam mengakhiri sesi wawancara, dia berpesan kepada seluruh teman, keluarga, dan semua orang yang sedang berjuang untuk tidak mendahului nasib. “Ingat, Tuhan bekerja dengan cara yang tidak akan diketahui oleh siapapun, wajar kalau kita ngerasa ga bisa untuk saat ini, tapi masa depan siapa yang tahu?” ujarnya. Dia juga percaya bahwa segala hal baik akan didukung oleh semesta. “Semesta akan bekerja untuk kita kalau di dalam keinginan kita ada harapan baik,” tambahnya.
Reporter : Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)