Etza Nur Meisyara, Seniman Muda Segudang Karya

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id -- Darah seni sepertinya begitu kuat mengalir dalam diri Etza Nur Meisyara. Karya-karya seni yang dihasilkan Etza mampu memberikan warna berbeda. Tak heran jika ia berhasil meraih penghargaan Seniman Muda Terbaik dari Bandung Art Contemporary.


Karya Etza yang cukup menarik perhatian ialah lukisan yang terbuat dari plat tembaga. Proses pembuatannya pun cukup unik karena lukisan yang dihasilkan berdasarkan hasil oksidasi proses kimiawi. Banyak karya lain telah dihasilkan Etza. Ia pun pernah berkelana ke tiga negara seperti Islandia, Inggris, dan Jerman untuk memamerkan karyanya. Terbaru, Etza melakukan pameran tunggal di La Rochele, Perancis, pada tanggal (13/10/2018).

"Saya sejak 2012 mulai aktif berpameran dan mulai ikut kompetisi. Pameran pertama saya di Bandung dan Jogja bergabung dengan seniman yang lain," kata Magister Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.

Memilih jalan hidup sebagai seniman tentu tidaklah mudah. Namun semua itu bisa dilewati karena Etza selalu mendapatkan support yang baik dari keluarga. Oleh karenanya, putri seniman terkenal Tisna Sanjaya itu mengaku selalu bersyukur mendapatkan keluarga yang selalu mendukung langkahnya. 

"Saya pun banyak dapat diskusi-diskusi dengan orangtua gimana akhirnya mereka memberikan kesadaran bahwa semua keilmuan gak ada yang buruk dan salah, asal kita tekun dalam hal itu," katanya.

Dia mengatakan, menjadi seorang seniman tidak cukup hanya mengandalkan bakat dan keinginan. Namun perlu juga mencari ilmu setinggi-tingginya. Dari keilmuan yang diporeleh akan banyak ide-ide segar untuk dimunculkan, tidak harus dengan modal besar, modal yang kecil pun dapat menghasilkan karya yang luar biasa.

"Ada seniman kuliah di ITB yang bermodalkan barang-barang bekas, ayah saya pun (pakai bahan) dari alam, limbah-limbah. Ide itu tidak hanya keyakinan diri tapi dari ilmu yang kita baca, kita dapatkan dari kuliah. Itu peluang yang sama untuk semua orang," ujarnya.

Selama kuliah di ITB dari mulai S1 sampai kini lulus S2, ia merasakan ada kompetisi yang baik di kampus. Persaingan tersebut membuat dirinya selalu ingin lebih baik dari segi nilai, kompetisi dan dalam berkarya.

Ia berpresan, kepada para mahasiswa ITB yang saat ini sedang menempuh studi, agar selalu berani beda dan berani untuk mencoba hal-hal baru. Baginya seni bukan cuman hobi, tapi itu karir yang cukup menjanjikan bagi orang yang berani. "Karena memang banyak resiko tapi kalau kita tekun banyak kemungkinan-kemungkinan secara finansial dan pengalaman dan penghargaan kepada masyarakat perlahan-lahan mulai saya dapatkan," pesannya.

Sebagai bentuk kepedulian untuk korban bencana gempa bumi dan tsunami di Donggala, Palu, Sulawesi Tengah, ia menjual karya lukisannya dan hasil penjualan sebagian akan didonasikan untuk para korban. Dari 9 karya, dua diantaranya telah terjual. Karya seni lukis yang dijual pun terinspirasi dari Palu.