FGD LPPM ITB Bahas Strategi dalam Menghasilkan Publikasi pada Jurnal Top Quartile

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Publikasi di Jurnal Top Quartile sebagai Early-Career Factor untuk Menjadi Dosen dan Peneliti Prominent di Dunia”, Kamis (7/3/2024). Acara tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Ir. Endra Gunawan, S.T., M.Sc., dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) serta Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja, M.Si., dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Dr. Endra Gunawan membahas sistem quartile dan pemeringkatan jurnal ilmiah sampai peran peneliti dalam menghasilkan jurnal tersebut. Beliau menjelaskan bahwa satu kategori jurnal hanya akan memiliki satu tipe quartile yang dilihat dari tipe quartile terakhir pada tahun sebelumnya. Semua jurnal, baik publikasi lama atau baru, memiliki kemungkinan yang sama untuk masuk ke setiap kategori quartile (Q1-Q4). Jurnal baru dapat langsung masuk kategori Q1, begitupun jurnal lama bisa turun ke quartile lebih rendah.

“Tidak serta merta jurnal yang track record-nya panjang memiliki the best quartile. Jadi kita harus bisa mengidentifikasi tujuan kita men-submit apakah ke suatu jurnal Q1 atau jurnal yang memiliki track record panjang,” ujarnya.

   

Beliau pun menekankan bahwa meneliti merupakan suatu proses belajar yang panjang. Dalam proses tersebut beberapa peneliti mungkin menemukan titik tolak menuju karier penelitian yang lebih matang, misalnya sebagai dosen. Untuk sampai pada titik tersebut, seorang peneliti dapat memulai dengan sesuatu yang dikuasai dan dianggap mudah terlebih dahulu. Menurutnya, menguatkan motivasi dalam setiap penelitian yang dijalani juga sangat penting untuk mempertahankan semangat dan produktivitas kerja seorang peneliti.

“Yang paling krusial adalah motivasi. Begitu kita kehilangan motivasi maka akan repot, ke belakangnya juga akan sulit untuk mencapai tujuan,” tuturnya.

Sementara itu, Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja membahas beberapa sikap dan prinsip yang perlu dikembangkan seorang peneliti. Pertama, beliau sangat menyarankan peneliti untuk memperbanyak bahan bacaan jurnal berkualitas yang masuk dalam kategori Q1. Menurutnya, publikasi berkualitas tidak akan dihasilkan tanpa bacaan yang berkualitas pula. Selain itu, peneliti harus memiliki sifat resilien dalam menghadapi berbagai kegagalan yang mungkin akan dialami sepanjang proses publikasi jurnal. Berbagai kesalahan dan kritik harus dapat dijadikan landasan untuk memperbaiki kualitas publikasi selanjutnya.

   

“Di dalam prosesnya itu pasti ada darah, cucuran air mata, dan sebagainya. Bahkan sebelum di-accept mungkin di-reject dulu. Tapi seperti yang dibilang di buku Ikigai, kita jatuh 7 kali, bangkit 8 kali,” tuturnya.

Beliau menjelaskan bahwa saat ini adalah masanya kolaborasi, bukan kompetisi. Kondisi ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai ajang kerja sama interdisiplin dengan beberapa bidang ilmu sekaligus. Kolaborasi interdisiplin akan memperbesar peluang lahirnya publikasi berkualitas karena dukungan inovasi dan analisis yang komprehensif.

Prinsip terakhir, beliau merujuk pada filosofi Jepang, yaitu wabi-sabi yang artinya menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan. Jika dipahami dalam konteks penelitian, filosofi ini mengajarkan bahwa tidak ada penelitian yang sia-sia sekalipun hasilnya terkadang tidak seperti yang diharapkan. Berbagai penelitian tersebut faktanya mampu berperan sebagai batu loncatan dan pembelajaran bagi peneliti lain dalam mengembangkan topik penelitian serupa.

“Bagaimana dari hasil penelitian second-class bisa kita dapatkan pengetahuan baru yang mungkin nanti bisa dimanfaatkan oleh penelitian-penelitian selanjutnya atau grup-grup lain untuk dikembangkan,” tuturnya.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)