Mahasiswa Sekolah Farmasi ITB Juara 1 Lomba Clinical Skills Tingkat Internasional
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Rasa bangga menyelimuti Fairuz Aisya Alzura (FKK 2018), Aulian Fajarrahman (FKK 2018), Aristo Hakisa Rendra (STF 2018), dan Jayson Wilbert (STF 2018). Mereka berhasil keluar sebagai Juara 1 Clinical Skills Event (CSE). Acara ini berlangsung dalam 20th Asia Pacific Pharmaceutical Symposium (APPS) 2021 pada Minggu (11/7/2021).
Selain Clinical Skills Event, APPS memiliki rangkaian acara berupa simposium dan lokakarya kefarmasian, juga professional development competitions lainnya. APPS menjadi acara tahunan dari International Pharmaceutical Students’ Federation Asia Pacific Regional Office (IPSF APRO). Menyesuaikan situasi pandemi, acara tahun ini diselenggarakan secara daring pada 2—11 Juli 2021 dengan tuan rumah University of the Philippines Pharmaceutical Association (UPPhA).
Berawal dari keinginan menguji ingatan, delegasi Himpunan Mahasiswa Farmasi ‘Ars Praeparandi’ ITB memanfaatkan ajang kompetisi ini yang memang menguji pengetahuan kefarmasian, terutama ilmu-ilmu yang telah didapat selama kuliah. Secara umum, topik-topik yang diangkat dalam lomba ini antara lain: pharmaceutical microbiology, formulation and pharmaceutical technology, clinical pharmacy, pharmacology, dan pharmaceutical calculation.
Tim ini perlu melewati tiga tahap sebelum akhirnya dinobatkan menjadi pemenang. Dimulai dari tahap preliminary pada Mei lalu yang mengharuskan mereka menjawab sejumlah soal pilihan ganda dan satu soal esai melalui Google Form dalam waktu yang ditentukan. Lolos ke tahap semifinal, mereka beradu dengan 11 tim lainnya untuk memperebutkan lima poin tertinggi agar bisa melaju ke babak final. Kali ini, mereka dikumpulkan dalam situs virtual meeting untuk menjawab 25 pertanyaan dalam waktu 30 menit. Setiap pertanyaan memiliki bobot nilai yang berbeda sesuai tingkatannya, mulai dari easy, intermediate, hingga advanced.
Mereka akhirnya lolos ke babak final setelah menempati posisi keempat dengan perolehan poin 700 pada tahap semifinal. Momen paling menegangkan dirasakan ketika poin antartim untuk soal easy dan intermediate tidak berbeda jauh, sehingga soal advanced menjadi penentu keberhasilan mereka. Ditambah, tahap ini menggunakan sistem betting points.
Koordinasi yang baik dan penyusunan strategi sebelum bertanding menjadi kunci keberhasilan tim ini pada babak final. Mereka membuat rencana mengenai berapa poin yang akan dipertaruhkan sejak satu hari sebelumnya. Selain itu, ketenangan saat menghadapi tekanan juga diperlukan.
“Kelompok lain betting-nya kadang terlalu tinggi dan itu sempat membuat kita cemas karena kalau jawabannya benar kita bisa ketinggalan poin. Tapi, akhirnya kita tetap tenang dan stick to the plan. Ini membuat penambahan skor kita tetap konsisten sampai akhir dan bisa lebih santai, terutama di soal terakhir kita sudah terjamin menang,” ungkap Jayson, salah satu anggota tim.
Koordinasi yang hanya dilakukan melalui sambungan telepon juga menjadi tantangan tersendiri bagi tim. Menurut Fairuz, anggota tim sempat salah mendengar jawaban Aristo di babak semifinal dan menganggapnya sebagai jawaban yang salah. Nyatanya, jawaban tersebut malah menyumbangkan poin paling tinggi. Agar kejadian ini tidak terulang, mereka sepakat untuk mengetik jawaban yang sulit disampaikan secara lisan. Mereka harus selalu siap siaga di grup untuk membacanya.
“Jujur ini pengalaman pertamaku ikut lomba CSE dan tidak menyangka banget tim kita bisa juara 1 di skala internasional. Jadi, buat teman-teman, kalau penasaran sama sesuatu, baik kegiatan, lomba, atau apa pun, coba saja dulu. Kamu tidak pernah tahu kalau itu ternyata passion kamu yang belum kamu explore. Learn new things everyday!” pesan Aristo yang menutup sesi wawancara.
Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)