Forum Studi Kebudayaan (FSK) ITB Gelar Orasi Kebudayaan 'Indonesia Tenggelam'

Oleh Ahmad Furqan Hala

Editor Ahmad Furqan Hala

BANDUNG, itb.ac.id - Forum Studi Kebudayaan (FSK) ITB pada Senin (28/01/13) menggelar Pidato Kebudayaan Awal Tahun bertajuk 'Indonesia Tenggelam'. Pidato dan orasi ini diselenggarakan di Plaza Widya ITB. Acara ini diisi oleh pembicara yang beragam, antara lain Iwan Pranoto, Tisna Sanjaya, Aat Suratin, Anjar Dimara Sakti, Hendra Gunawan, Setiawan Sabana, T. Bachtiar, Gustaff H. Iskandar, dan Gilang Permata. Selain itu, acara ini juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh Acep Iwan Saidi dan musik oleh Martha Topeng dan Harry Pocang.

Pidato kebudayaan awal tahun ini adalah salah satu agenda besar FSK ITB. Agenda lain yang dimiliki FSK adalah diskusi akhir tahun. Acara akhir tahun diisi dengan pembahasan mengenai satu tokoh tertentu, sedangkan pidato awal tahun ini lebih ditujukan untuk membahas hal-hal umum dan hangat yang terjadi di negeri ini. Acara yang diselenggarakan tiap tahun oleh FSK ITB ini adalah kerjasama FSK dengan berbagai lembaga lain seperti Commonroom, YAP Institute, serta menggandeng Keluarga Mahasiswa ITB (KM-ITB).

Perbedaan utama antara acara yang digelar tahun ini dengan acara sebelumnya adalah materi dan bentuk acaranya sendiri. Jika tahun ini tema yang diusung adalah "Indonesia Tenggelam", tahun sebelumnya mengusung tema 'Catastrophe'. Selain itu, acara yang digelar tahun lalu berbentuk seminar dalam ruangan tertutup, berbeda dengan penyelenggaraan tahun ini yang bersifat lebih luwes dan fleksibel dalam bentuk acara.

Acara pidato awal tahun ini dibuka oleh Yasraf Amir Piliang. Yasraf mengatakan bahwa pengambilan tema 'Indonesia Tenggelam' ini diambil dari filosofi kolam Indonesia Tenggelam. Dapat berarti bahwa dalam kolam tersebut terdapat peta Indonesia, sehingga disebut seperti itu, atau bisa juga dikatakan sebagai kritik terhadap keadaan bangsa kita saat ini yang juga bisa dikatakan "tenggelam".

Menurut pandangan Yasraf, di ITB sendiri, mahasiswa masih terlalu larut dan tenggelam dalam bidang keilmuannya masing-masing. Belum ada forum yang mengaitkan masalah humanitas dan solusinya. Oleh karena itu, acara ini dirancang sebagai ajang untuk membuka pikiran bahwa banyak hal diluar sana yang membutuhkan tidak hanya keilmuan tertentu saja namun juga integrasi dari bidang-bidang keilmuan tersebut termasuk dari aspek humanitasnya.

Delapan pembicara utama yang dihadirkan dalam pidato ini memiliki karakteristik dan sudut pandang yang masing-masing berbeda terhadap filosofi "Indonesia Tenggelam" ini. Misalnya Iwan Pranoto, menyampaikan pidato yang berhubungan dengan nalar dan keadaan bangsa yang belakangan ini sering mengalami hal-hal nirnalar. Sedangkan T. Bachtiar, mengangkat isu lingkungan dalam permasalahan "Indonesia Tenggelam" ini. Lain lagi dengan Gustaff H. Iskandar yang mencoba melihat tema "Indonesia Tenggelam" dari sudut pandang media sosial.

"Walaupun hal-hal yang kami katakan saat ini terlihat sangat pesimistis, namun pidato ini ingin membuka mata kita mengenai permasalahan negeri ini dari sudut pandang berbeda dan solusi yang dapat kami tawarkan. Sasarannya adalah, dengan adanya acara ini, kebiasaan diskusi di kalangan masyarakat semakin berkembang dan terjalin hubungan yang baik antara dosen dan mahasiswa, oleh karena itu kami menggandeng KM-ITB untuk membuat generasi mahasiswa ini turut berpartisipasi", ujar Acep selaku ketua FSK ITB.