Status Siaga Keamanan ITB
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Rabu sore, 18 Oktober 2006, sebuah mobil Honda Jazz yang diparkir di pinggir Jalan Ganesha di depan sisi Timur ITB hilang dicuri. Pencurian kendaraan bermotor (curanmor) roda empat ini adalah yang keempat kalinya terjadi di sekitar ITB. Keempatnya terjadi hanya dalam kisaran dua minggu terakhir. Jumat, pada minggu sebelumnya sebuah Kijang Super yang diparkir di pinggir Jalan Gelap Nyawang. Dua kehilangan lainnya tercatat terjadi pada kendaraan yang diparkir di pinggir Jalan Secapa dan di depan Pasar Balubur.
Di lingkungan ITB sendiri, bulan Oktober ini tercatat sebuah Toyota Starlet hilang kendati telah diparkir di lapangan parkir Timur-Selatan ITB. Dalam catatan statistik tahun 2006 yang diperoleh dari Satuan Keamanan (Satpam) ITB tercatat enam kendaraan bermotor hilang dalam kurun waktu Januari hingga September 2006. Enam kendaraan tersebut terdiri dari tiga mobil dan tiga sepeda motor. Salah satu dari tiga mobil yang hilang juga Honda Jazz yang diparkir di depan Gedung Serba Guna ITB pada Maret 2006 lalu.
Kejadian curanmor yang tendensinya semakin menjadi-jadi ini mengkhawatirkan komunitas ITB. Satpam ITB sendiri telah menangkap gelagat memburuknya kondisi keamanan ITB ini sejak awal semester ini. Pengendalian maraknya curanmor ini pertama difokuskan pada keamanan sepeda motor.
Untuk menanggulangi meningkatnya curanmor sejak semester ini, sepeda motor hanya diperbolehkan keluar-masuk ITB hanya dari gerbang Selatan saja. Setelah itu, mulai dibiasakan pemeriksaan STNK terhadap motor di pintu keluar. "Kami mulai (memeriksa STNK) setelah jam lima sore," tutur Sriwanto, Kepala Bagian I Satpam ITB yang berwenang atas penjaminan keamanan. "Karena kalo setelah jam lima itu kan semua motor bisa masuk dengan gak terkontrol."
Tiga minggu silam juga Satpam menggelar razia penggunaan stiker masuk ITB. "Harusnya stiker ini hanya dipakai oleh pegawai ITB dan dosen," tutur Heri Dalyari, Komandan Satpam ITB. "Kenyataannya banyak dosen yang masuk ITB dengan kendaraan tanpa stiker, lalu stikernya diberi ke anaknya," tutur Heri. Penyimpangan lain, terdapat oknum pegawai ITB yang memperjual belikan stiker yang seharusnya gratis ini. Harga satu stiker untuk sepeda motor berkisar antara 75 ribu hingga 100 ribu rupiah. Sementara stiker kendaraan roda empat harganya bisa mencapai 150 ribu. Melalui razia silam, Satpam juga menangkap beberapa kendaraan dengan stiker palsu. Modus pembuatan stiker palsu adalah dengan memindai (scan) stiker asli lalu dicetak sebagai stiker baru.
Metode razia stikernya dengan mencocokkan pemilik kendaraan dan nomor parkir yang unik dan tertera pada setiap stiker dengan data pemilik stiker yang dimiliki pihak Biro Sarana dan Prasarana (Sarpras) ITB sebagai institusi yang berwenang mengeluarkan stiker. Data pengguna kendaraan berstiker dicocokkan dengan basis data dari Sarpras ITB. Hasil dari razia selama dua hari ini adalah penyitaan sekitar 45 stiker mobil dan 80 stiker motor.
Usaha-usaha dalam meminimasi kejadian curanmor diteruskan hingga minggu ini, berupa penutupan gerbang Utara mulai Rabu, 18 Oktober, kemarin. Gerbang Utara akan ditutup hingga tanggal 30 Oktober. "Jadi tiga satpam yang menjaga pintu belakang, seluruhnya dikonsentrasikan menjaga pintu depan (gerbang Selatan)," tutur Heri.
Saat dikomentari bahwa usaha-usaha Satpam ini belum cukup, Heri mengungkap, "Kemauan itu banyak. Tapi kita tetap harus mengukur kemampuan," katanya, "Kita (Satpam) pasti akan mengusahakan yang terbaik dan tercepat." Ia lalu menjabarkan beberapa inisiatif Satpam ITB dalam pengamanan Kampus setelah masa Ramadhan. Salah satu ide yang sedang dalam tahap sosialisasi adalah pembatasan akses kendaraan di dalam kampus saat malam hari. Setiap kendaraan hanya bisa masuk kampus hingga hingga batas pertigaan Campus Center (CC) Timur dan pertigaan CC Barat. Rantai akan dipasang di gang (walkway) yang menghubungkan Gedung Labtek V dengan Gedung Program Studi (Prodi) Teknik Lingkungan di ujung Barat; serta Gedung Labtek VIII dengan Gedung Prodi Fisika di ujung Timur. "Inisiatif ini sedang dalam tahap sosialisasi ke pimpinan Prodi," aku Heri.
Berkenaan dengan sistem kartu masuk mobil (kartu masuk berwarna merah) dan stiker parkir yang konvensional dan memungkinkan terjadinya curanmor, Heri mengaku telah mengkaji ide mengenai dibuatnya kartu masuk elektronik dimana setiap pengguna akan memindai kartunya dengan pemindai (sensor) setiap keluar-masuk kampus. Desain dan mekanisme implementasi sistem kartu elektronik ini sudah ada dan Heri berharap akhir tahun ini implementasinya akan dimulai. "Gerbang depan (Selatan) dan gerbang belakang (Utara) akan dikhususkan untuk kendaraan roda empat," janjinya, "Kendaraan roda dua akan masuk lewat pintu khusus, yaitu pintu di bagian belakang ITB, dekat kantor Lembaga Afiliasi Pendidikan Indonesia (LAPI) ITB." Ia lalu menunjuk ke arah Tenggara kampus, mengarah pada pintu yang sekarang masih disegel itu.