FPA XV ITB : Gelaran Musik Universal Bercita Rasa Lokal
Oleh Gilang Audi Pahlevi
Editor Gilang Audi Pahlevi
BANDUNG, itb.ac.id – Institut
Teknologi Bandung sebagai sebuah institusi pendidikan tidak hanya
menitikberatkan kegiatannya pada pengembangan ilmu dan teknologi, namun juga
pelestarian seni dan budaya. Melalui salah satu unit kegiatan mahasiswanya,
Keluarga Paduan Angklung (KPA) ITB, usaha melestarikan dan membumikan angklung
terus digalakkan. Pada tahun ini, KPA ITB menggelar Festival Paduan Angklung
(FPA) ITB yang ke-15, dimulai sejak Minggu (19/02/17) . Acara yang mengusung
tajuk “” ini ditutup
dengan closing concert pada Sabtu (25/02/17).
Bertempat di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, acara dimulai dengan
pengumuman pemenang dari setiap kategori lomba lalu dilanjutkan dengan
penampilan dari setiap pemenang dan tentu saja, penampilan dari mahasiswa ITB
yang tergabung dalam KPA ITB dan Studi Teater Mahasiswa (STEMA) ITB.
Rangkaian penampilan dimulai
dengan formasi punggawa angklung cilik dari MI Ar-Rohmah yang membawakan lagu Bunda dan Danau Wellen. Kombinasi kepiawaian bermusik dan kepolosan tingkah
anak kecil sukses membuat penonton gemas, sesekali gelak tawa terdengar dari
bangku penonton. Tanpa perlu berlama-lama, formasi SMP Nasional 1 Bekasi telah
berada di atas panggung dalam balutan kostum merahnya. Memainkan lagu Cant Help Falling in Love, disusul We Are the Champion, murid-murid SMP ini
berhasil menyuntikkan semangat kepada para penonton. Namun tidak lama
berselang, semangat penonton harus diredam oleh suasana sendu nan khidmat yang
dibawakan oleh SMA Pasundan 2 Bandung. Tampil lebih dewasa dibanding dua penampil
sebelumnya, para pemain angklung dari SMA tersebut membawakan lagu Cinta dan Melati Suci. Pada malam itu tampaknya penonton harus rela
diaduk-aduk emosinya. Suasana khidmat tersapu oleh alunan angklung dan
penampilan ceria yang sebenarnya mampu membawa penonton untuk ikut bergoyang. Betapa
tidak, barisan musisi dari SMB Awisada Bandung ini membawakan lagu yang cocok
untuk berjoget ria, yakni Dancing Queen dan Kopi Dangdut. Dengan paduan berbagai instrumen yang harmoni,
ditambah dengan aksi conductor dan
pemain angklung yang mengundang tawa, penonton benar-benar terhibur.
Tibalah giliran mahasiswa ITB
unjuk kemampuan. Pada showcase kali
ini, sebuah cerita tentang cinta di masa SMA menjadi tema sentral dalam
rangkaian penampilan yang memadukan seni teater, tari, pembacaan puisi, vokal,
dan tentu saja ansambel angklung. Penampilan dibagi menjadi beberapa babak.
Lagu-lagu dari para maestro Indonesia
seperti Vina Panduwinata, Chrisye hingga Ari Lasso ditampilkan dengan apik.
Mulai dari Kisah Kasih di Sekolah, Surat Cinta, Seperti yang Kau Minta dan Mengejar
Matahari dibawakan dengan lengkap baik dari segi musik hingga visualisasinya.
Alunan angklung yang harmoni, suara vokalis yang merdu, dan aksi teatrikal yang
luwes dan penuh penghayatan benar-benar menjadi penutup yang megah untuk sebuah
malam pertunjukan yang fantastis.