FSRD Gelar Seminar Forensik dan Audit Seni, Sains, dan Teknologi
Oleh Mega Liani Putri
Editor Mega Liani Putri
Dr. Ir. Dicky R. Munaf , M.Sc., M.SCE. selaku Ketua Kelompok Keahlian Ilmu-Ilmu Kemanusiaan menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah agenda tahunan bagi KKIK. Tahun ini adalah yang ketiga kalinya. "Forensik dan audit adalah tindakan untuk menganalisis fakta-fakta. Implementasinya bukan hanya di ranah hukum dan kriminal tetapi juga masalah kebudayaan, yaitu me-human-kan manusia. Kita dituntut untuk berkontribusi menjaga kebudayaan, termasuk gotong royong. ITB sendiri ditugaskan dalam masalah humaniora tersebut," tutur Dr. Dicky.
KKIK saat ini mempunyai tiga laboratorium, yakni Lab Forensik Linguistik, Seni, Sains, dan Teknologi; Lab Genolinguistik; dan Lab Asuransi dan Audit Seni, Sains, dan Tenologi. KKIK memang merasa bertanggung jawab dan berkepentingan terhadap masalah forensik dan audit seni, sains, dan teknologi. Menurut Dekan FSRD, Dr. Imam Santosa, M.Sn, audit forensik harus dilaksanakan secara proaktif dan reaktif untuk mencari kebenaran yang sebenar-benarnya. Kini, ia menyaksikan forensik telah berkembang dan menyentuh dunia IT dan seni.
Pengurus Ikatan Auditor Teknologi Indonesia, Ir. Yanto Sugiharto, M.BA tampil sebagai pembicara pertama, membawakan makalah "Audit Sains dan Teknologi". Menurutnya, audit teknologi perlu dilakukan disebabkan oleh empat hal. Pertama, perkembangan teknologi telah berdampak kepada lingkungan terutama limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Kedua, publik harus dilindungi dari kesalahan-kesalahan teknis yang menimbulkan kecelakaan. Ketiga, kebijakan yang diambil harus dilaksanakan dengan baik dan tepat sasaran. Keempat, teknologi karya anak bangsa harus dikembangkan agar kita tidak terus bergantung kepada produk impor.
Pembicara kedua adalah Willy Himaean S.Sn, M.Sn, pelukis dan Alumni Seni Rupa ITB. Ia tampil menjelaskan makalah Drs. Aminudin T. H., M.Sn dengan judul "Forensik Karya Seni: Jejak Lukisan Palsu". Ternyata, forensik sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi keaslian suatu karya seni. Belakangan ini, telah terjadi pemalsuan banyak karya maestro. Masalah ini tentu harus diatasi dan andil forensik amat dibutuhkan.
Dr. J. Haryatmoko, Dosen Filsafat di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan Direktur Training Etika Publik di Pusat Etika Indonesia, tampil sebagai pembicara terakhir dengan mengupas makalah pribadi yang berjudul "Pengaruh Teknologi terhadap Budaya Masyarakat Kontemporer". Dalam makalah tersebut, Dr. J. Haryatmoko menuturkan bahwa perkembangan teknologi saat ini telah mengantarkan masyarakat ke budaya hedonisme. Hedonisme telah mendorong tiap pribadi untuk menyegerakan pemenuhan kebutuhan, sehingga masyarakat dewasa ini cenderung ingin memperoleh hasil atau pemenuham kebutuhan secara cepat.