Gandeng CoLearn, ITB Career Center Bahas Kualitas Edukasi Indonesia dan Teknologi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – ITB Career Center mengadakan Webinar “Masuk ke Dunia Edukasi Ada Masa Depan Gak, Ya? An Edtech Startup Perspective” pada Rabu (07/07/2021). Webinar ini merupakan hasil kolaborasi dengan CoLearn, sebuah perusahaan rintisan (startup) teknologi edukasi di Indonesia.
Acara berlangsung melalui Zoom dan dimoderatori oleh Nadira Anandiza. Narasumber webinar ini, Marc Irawan, adalah salah satu co-founder CoLearn. Dia berniat membawa Indonesia ke peringkat 50 persen besar ranking dunia versi PISA pada 2025. Sebab, berdasarkan penilaian PISA, Indonesia saat ini berada di peringkat bawah dibandingkan dengan 78 negara dari segi matematika, sains, dan pemahaman membaca.
“Anak-anak biasanya lama belajar di sekolah. Karena itu, kita ingin memakai teknologi untuk membantu mereka belajar,” ujar Marc Irawan.
Marc mengatakan, salah satu masalah terbesar mengenai kondisi edukasi Indonesia adalah persiapan generasi muda untuk masa depan di skala global. Mereka harus mengantisipasi dan mengikuti dua dampak perkembangan teknologi: globalisasi dan automasi.
“Karena COVID-19, kedua dampak ini berlangsung lebih cepat dan generasi muda Indonesia tidak dapat bersaing dengan para generasi muda dari negara lain,” ujar Marc.
Akibat dua dampak ini, beberapa pekerjaan yang bersifat manual akan menghilang, dan lebih banyak pekerjaan yang mementingkan logika numerasi dan higher order thinking skills. Selain itu, lebih banyak lowongan kerja yang terbuka bagi warga asing, sehingga kompetisi untuk mendapatkan karier sangat ketat. Menteri Komunikasi dan Informasi memprediksi, Indonesia akan kekurangan sembilan juta talenta digital dan pemerintah akan melonggarkan limitasi lowongan kerja bagi warga asing pada 2030.
“Penguasaan matematika bukan tentang bakat atau talenta,” Marc menambahkan.
Menurut Marc, Indonesia tidak memiliki masalah di bidang pendidikan, melainkan di pola pikirnya mengenai proses pembelajaran. Oleh karena itu, dia ingin anak-anak Indonesia dapat mengikuti iringan globalisasi dan membangun motivasi dan kepercayaan diri untuk belajar secara efektif.
Mengupas persepsi karier di dunia pendidikan Indonesia, Marc memperhatikan, media berita maupun perfilman mengenai individu-individu yang berkecimpung di dunia pendidikan digambarkan berhati mulia dan tulus mengajar di pelosok-pelosok daerah. Namun, tidak semua orang dapat melakukan hal itu.
Lagipula, persepsi publik tentang prospek pekerjaan di sekolah negeri maupun swasta bisa dibilang cukup tidak pasti dan susah. Apalagi untuk guru-guru honorer. Padahal persepsi bekerja di ranah pendidikan dinilai positif di negara lain.
Salah satu contoh adalah guru-guru di Singapura yang dijamin dari 10 persen lulusan sekolah SMA terbaik. Di Finlandia, guru menjadi profesi pilihan pertama karena kualitas edukasinya yang unggul.
“Kita sebagai perusahaan ingin menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran pentingnya edukasi bagi anak-anak Indonesia dan memastikan platform ini paling tepat untuk mendapatkan ilmu,” jelas Marc.
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)