Grand Seminar Dies Emas Himpunan Mahasiswa Teknik Minyak PATRA ITB: Kemandirian Industri Migas Nasional

Oleh Medhira Handinidevi

Editor Medhira Handinidevi

BANDUNG, itb.ac.id - Isu kemandirian dan ketahanan energi telah lama menjadi pembicaraan hangat baik di kalangan mahasiswa maupun politisi di bangsa ini. Dengan mengangkat tema "Kemandirian Industri Migas Nasional" acara Grand Seminar Dies Emas Himpunan Mahasiswa Teknik Minyak (HMTM) PATRA ITB diadakan untuk melihat perspektif baru dan membangunan nasionalisme generasi muda, khususnya mahasiswa ITB. Acara yang digabung dengan kuliah Studium Generale ini digelar di Aula Barat ITB pada Sabtu (25/01/14) dan dihadiri oleh sekitar 400 pengunjung baik dari ITB maupun universitas-universitas lain di Kota Kembang.
Acara yang sekaligus menjadi penutup rangkaian kegiatan Dies Emas HMTM ITB ini dimulai sejak pukul 09.00 WIB dengan mengundang empat pembicara dari berbagai sudut pandang mulai dari pemerintah, akademisi, BUMN, dan swasta.  Di awal acara, seminar dibuka dengan pementasan tari pendet oleh Unit Kebudayaan Maha Gotra Ganesha. Kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Ketua Panitia, Wiliam Suhartono yang menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ketua Program Studi Teknik Minyak, Dr. Ing. Bonar Marbun yang juga berperan sebagai moderator pada seminar ini serta tak lupa ucapan terimakasih ditujukan pada pembicara-pembicara yang hadir yaitu, Prof. Dr. Ir. Wiratmaja Puja, MSc dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr. Ir. Leksono Mucharam, MSc, PhD dari ITB, Suko Hartono dari Perusahaan Gas Negara (PGN), dan Bambang Ismanto dari Beyond Petroleum (BP) sekaligus Ketua Ikatan Alumni Teknik Minyak (IATMI) ITB.

Setelah kata sambutan, giliran Prof. Dr. Ir. Wiratmaja Puja, MSc memberikan sambutannya. Wiratmaja, yang akrab dipanggil Wirat, berbicara tentang kebijakan energi nasional, khususnya tentang kebijakan migas di Indonesia. Pada sambutannya, Wirat memaparkan bahwa prinsipnya, kebijakan energi nasional bertujuan untuk menjaga keamanan energi (Security of Energy).  Lalu Wirat menjelaskan bahwa jika ingin berbisnis di bidang energi maka ada 4 karakteristik yang perlu dipahami, yaitu padat modal, padat teknologi, padat risiko, dan padat pengalaman. Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan pembicara selanjutnya dari pihak swasta, yaitu Bambang Ismanto. Alumni Teknik Minyak yang kini menjabat sebagai Vice President BP Asia Pasicfic Region ini berkata, "Jadi praktisi, jangan banyak mikir. Harus ambil resiko, no pain no gain."

Beralih dari sudut pandang pemerintah, pembicara selanjutnya adalah Dr. Ir. Leksono Mucharam, MSc, PhD. Lektor Kepala sekaligus berperan sebagai komisaris PT. Ganesha Patra Sejahtera ini berbagi pengalamannya tentang arti dari sebuah kemandirian. "Kalau kita mandiri, segalanya akan lebih murah. Jangan terbiasa impor," ujar Leksono.  Kemudian paparan dilanjutkan oleh Suko Hartono dari PGN. Pihaknya merasa bahwa bicara tentang industri migas, diperlukan infrastruktur yang memadai. Apalagi mengingat karakteristik sumber daya yang dimiliki Indonesia, jarak sumber gas dengan permintaan pasar relatif jauh. PGN dengan 7 anak perusahaan yang telah menjamah dari tingkat hulu hingga hilir, merasa siap untuk mengembangkan infrastruktur ini demi pemenuhan kebutuhan energi dan peningkatan konsumsi gas di Indonesia.

Setelah paparan dari para pembicara, dibuka sesi tanya jawab.  Terlihat antusiasme pengunjung, ada yang bertanya dari program studi teknik minyak hingga geologi, bahkan juga ada pengunjung asal ITSB yang memberikan pertanyaan pada pembicara. Pertanyaan yang diajukan seputar bagaimana pemerintah mengatur kewenangan perusahaan asing dan apa saja jenis-jenis energi yang akan dikembangkan di masa depan nanti. "Seperti analogi klub sepakbola, adanya pemain luar negeri harus dimanfaatkan untuk membesarkan  nama klub. Sama seperti negara ini, kita harus atur iramanya (red:penguasaan asing) untuk memajukan indsutri migas kita," jawab Wirat dengan yakin.

scan for download