Hadiri The 14th ASEAN University Network Rectors Meeting di Malaysia, Rektor ITB Jelaskan Konsep Multikampus dan Multidisiplin
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id- Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menghadiri agenda The 14th ASEAN University Network (AUN) Rectors Meeting di Universiti Malaya (UM), Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (5/7/2023).
Para pimpinan dari AUN bersama dengan tamu undangan, panelis, dan peserta lokal berkumpul untuk mempelajari tema besar mengenai pendidikan di Asia Tenggara, yakni "Changes in Global Higher Education and How Top Universities in ASEAN Respond".
Pada agenda ini, Rektor ITB turut berpartisipasi dalam pertukaran ide yang dapat membentuk masa depan pendidikan tinggi di ASEAN.
Dalam sambutannya, Prof. Reini berbicara mengenai pendekatan multikampus atau multidisiplin. Hal ini berkaitan dengan keberagaman atau diversifikasi.
"Dalam sejarahnya selama 100 tahun, masyarakat identik mengenal Kampus ITB hanya di Kampus Ganesha, Bandung. Namun, seiring berjalannya waktu, ITB pun memiliki beberapa kampus lainnya. Mulai dari Jatinangor, Cirebon, serta Jakarta," katanya.
ITB Kampus Jatinangor, ITB Kampus Cirebon, dan ITB Kampus Jakarta, pada hakekatnya merupakan perluasan dari ITB Kampus Ganesha. Akan tetapi dengan rasa yang spesifik dan selaras dengan karakternya masing-masing.
Pada Kampus Jatinangor, ITB lebih berfokus pada isu-isu "hijau" atau yang berkaitan dengan perubahan iklim global. Sementara itu, Kampus Cirebon merupakan sebuah manifestasi dimensi budaya dan kedaerahan, di mana di dalamnya juga mengembangkan mengenai budaya lokal serta ekonomi kreatif.
Di sisi lain, Kampus Jakarta menekankan interaksi multidisiplin yang melibatkan civitas akademika ITB dengan berbagai profesional. Mulai dari stakeholder di bidang industri, wisata, organisasi, hingga pejabat publik.
"Adanya diversifikasi Kampus ITB ini bertujuan untuk meningkatkan pengaruh positif ITB di masyarakat, khususnya meningkatkan kesempatan interaksi serta pertukaran pengetahuan," ucapnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan pertukaran pengetahuan ini pun merupakan bentuk interaksi yang nantinya dapat mempercepat inovasi dalam industri, yang akan mendongkrak ekonomi kreatif di wilayah ASEAN.
Meski begitu, Prof. Reini juga mengungkapkan ada berbagai tantangan dalam mewujudkan peningkatkan ekonomi kreatif di ASEAN. Salah satunya adalah bagaimana caranya mengelola sumber daya alam, sumber daya manusia, berikut dengan bonus geografinya, guna semakin memperkuat ekosistem inovasi di wilayah Asia Tenggara.
Maka dari itu, ITB telah memperkenalkan Science Techno Park (STP), yang memang sesuai dengan strategi dari Pemerintah Pusat untuk membangun ekosistem inovasi nasional.
Sesuai dengan namanya, fungsi utama STP adalah sebagai taman atau pusat, memfasilitasi pertemuan, interaksi, dan pertukaran di antara berbagai pemangku kepentingan yang tertarik pada pengembangan dan pemanfaatan teknologi.
"Oleh karena itu, diharapkan kedepannya akan lebih banyak lagi STP yang berdiri, berafiliasi dengan perguruan tinggi di tanah air, dan pastinya juga dengan rekan-rekan AUN," jelasnya.
ITB pun akan terus berkomitmen dalam mengembangkan hubungan persahabatan dan dialog, kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan untuk membantu menyelesaikan tantangan masing-masing di negara ASEAN.
Reporter: Anggun Nindita Kenanga Putri