Hasanuddin Z.Abidin: “Indonesia Kawasan yang Remuk”

Oleh hendra adi putra

Editor hendra adi putra

BANDUNG, itb.ac.id – Sesuai tradisi peringatan Dies Natalis ITB, selalu disampaikan sebuah orasi ilmiah dalam sidang terbukanya. Bertempat di Aula Barat (2/3), orasi ilmiah pada perayaan Dies Natalis ITB ke-49 disampaikan oleh Prof.Ir. Hasanuddin Z.Abidin M.Sc.,Ph.D. yang berjudul “Geodesi Kegempaan” (Earthquake Geodesy). Dalam pemaparannya, dijelaskan hubungan geodesi dengan kegempaan dan metode yang digunakan untuk mempelajari fenomena gempa dan aspek-aspeknya. Fenomena pergerakkan lempeng tektonik dan fenomena deformasi sebelum, saat, dan sesudah gempa (interseismik, ko-sesismik, dan postseismik) merupakan konsentrasi studi geodesi kegempaan. Karena Indonesia merupakan kawasan pertemuan beberapa lempeng, Prof. Hasanuddin pun menegaskan agar studi dan penelitian kegempaan serta proses mitigasi bencana gempa di Indonesia harus dilaksanakan secara serius, baik, dan berkesinambungan. “Indonesia adalah kawasann yang remuk,” ujarnya. Selain itu, HZ.Abidin pun mengingatkan agar potensi gempa akibat pergerakan sesar (fault) di Jawa Barat juga harus diperhatikan. Seperti adanya sesar Lembang, sesar Cimandiri, sesar Cilacap, dan sesar Baribis sebagai sesar utama di Jawa Barat. “ITB sendiri berjarak 8-10 km dari sesar Lembang”, imbuhnya. Walaupun menurut penelitiannya, kawasan sesar Lembang hingga kini belum menunjukan adanya pergeseran berlawanan arah akibat aktivitasnya yang berpotensi terjadi gempa. Selain orasi ilmiah, Sidang Terbuka juga diisi dengan pidato dari Prof.Dr.Haryanto Dhanutirto sebagai ketua Majelis Wali Amanat ITB, Prof.Dr. Yanuarsyah Haroen sebagai ketua Senat Akademik ITB, dan Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso M.Sc sebagai Rektor ITB. Dalam pidatonya, Prof. Haryanto menekankan pentingnya mewujudkan ITB yang akuntabel sebagai suatu kondisi strategis terhadap kepercayaan masyarakat kepada ITB. Sedangkan Prof. Yanuarsyah memandang Senat Akademik (SA) harus kembali mengevaluasi norma dan nilai akademik yang dapat menjawab harapan bangsa. Senada dengan ketua SA, Prof. Djoko mengingatkan agar 'Dies Natalis' menjadi momen mengevaluasi diri dalam meningkatkan mutu ITB secara akuntabel dan mencapai tujuan institusi. Pada Sidang Terbuka ini, ITB pun memberikan penghargaan Ganesa Bakti Cendekia Utama kepada Guru Besar yang purnabakti yaitu Prof.Dr.Ir.Moch.Iwan Tachjudin Taib M.Sc. (Alm.), Prof.Dr.Ir. Asis H.Djajadiningrat Dipl.SE. (Alm.), Prof.Dr.Ir.Soegijardjo Soegijoko, dan Prof.Dr.Ir. Bambang Ismanto Siswosoebrotho M.Sc. (Alm.). Selain itu, ITB juga memberikan penghargaan Ganesa Wira Adi Utama kepada mantan pejabat ITB yaitu Prof.Dr.Ir.Tommy Firman, Prof.Dr.Ir. Asis .Djajadiningrat (Alm.), Prof.Dr. Maman Abdurachman Djauhari, dan Prof.Dr.Ir. Sudarto Notosiswoyo M.Eng.