Herayati dan Reni Berbagi Kisah Inspiratif Semangat Jalani Studi di Tengah Keterbatasan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id?Adalah Herayati, S.Si, M.Si. dan Reni Romaulina, S.T. Keduanya berbagi kisah inspiratif dalam talkshow “Keterbatasan Bukanlah Penghalang untuk Tetapi Peduli dan Berprestasi”, Minggu (28/2/2021) yang diadakan oleh Direktorat Kemahasiswaan ITB.
Kegiatan ini merupakan rangkaian pembinaan terpusat Asrama ITB. Dalam pembukaannya, Direktur Kemahasiswaan ITB Dr. G. Prasetyo Adhitama, S.Sn., M.Sn., mengungkapkan bahwa meskipun dalam kondisi daring, diharapkan para peserta pembinaan terpusat Asrama ITB tetap dapat bersemangat dan tidak berputus asa dalam menjalani perkuliahan. Ia juga mengajak mahasiswa untuk aktif di kemahasiswaan ITB selain aktivitas akademik.
Kisah Hera dan Reni
Pada sesi talkshow, Hera dan Reni menceritakan latar belakang perjalanan studi mereka di ITB hingga dapat menjadi mahasiswa inspiratif. Keduanya sama-sama memperoleh Beasiswa Bidikmisi pada tahun 2014, namun memiliki cerita yang berbeda selama berkuliah di ITB. Hera, anak daerah dan lulusan MA serta terlahir dari keluarga yang kurang mampu, tidak menyurutkan semangatnya untuk mengejar cita-cita berkuliah di ITB. Meskipun rasa takut akan berhasil survive di ITB atau tidak sempat terbersit, namun Hera tetap mengusahakan yang terbaik hingga akhirnya dapat berprestasi dan lulus, serta menjadi Wisudawan Inspiratif ITB tahun 2018.
Berbeda lagi dengan Reni. Ia merupakan anak yatim dan memiliki 3 adik, sehingga ibunya menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Beasiswa Bidikmisi yang diperoleh sangat membantu dalam meringankan beban ibunya untuk membiayai kebutuhan perkuliahan di ITB. Saat menginjak semester 3, Reni dihadapkan bahwa ibunya didiagnosis tumor otak stadium lanjut. Ia pun harus berjuang lebih, mulai dari membawa ibunya ke Bandung agar dapat dirawat, mengurus ketiga adiknya, hingga menjalani perkuliahannya sendiri.
Selain itu, ia juga berusaha mencari tambahan biaya, seperti mengajar siswa SMA dan berjualan. Pada akhir semester 5, ibunya wafat, dan Reni sempat down saat itu. Prestasinya juga sempat menurun dan ia tidak dapat aktif baik dalam himpunan maupun untuk berkarya dan berprestasi karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mengurus ibunya. Namun, saat semester 6 Reni dapat mengejar ketertinggalannya hingga dapat menorehkan prestasi dan lulus dari ITB dengan membanggakan serta juga menjadi Wisudawan Inspiratif ITB tahun 2018.
Berbicara soal prestasi, keduanya memiliki pendapat yang sama. Menurutnya, prestasi merupakan hasil terbaik dari usaha yang terbaik. “Prestasi juga dapat membuat puas dan bangga untuk keluarga dan sekitar,” tambah Hera.
Target Berprestasi
Untuk parameter prestasi sendiri, Hera mengungkapkan bahwa tercapainya target yang dibuat adalah parameternya. Saat berkuliah di ITB, Hera juga membuat target yang harus dicapai. Meskipun tidak semua target dapat tercapai, Hera tidak menyerah hingga akhirnya target yang lain dapat diraih. Banyak hal yang dikorbankan untuk mencapai target, namun pada akhirnya apa yang dicita-citakan Hera pun tercapai. Contohnya, ia dapat mencapai target yang dibuat saat semester 5 yaitu menjadi dosen, dan saat ini Hera menjabat sebagai dosen di Untirta.
Bagi Reni, parameter prestasi untuknya adalah ditentukan oleh diri sendiri, didukung oleh faktor eksternal, hingga akhirnya dapat menjadi yang terbaik. Menurutnya, ada 3 poin penting untuk meraih prestasi, yaitu prosesnya, kepedulian sesama, dan kerja keras.
Di akhir sesi, keduanya berpesan untuk seluruh peserta. Menurut Hera, waktu mahasiswa adalah waktu terbaik, sehingga jangan hanya berfokus pada akademik. Penting untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan sabar karena semua akan indah pada waktunya. Bagi Reni, proses belajar harus dilakukan setiap hari, miliki tujuan dan target yang jelas agar terarah, bangun relasi yang kuat, dan selalu punya motivasi yang kuat. “Akademik nomor 1 tapi nomor ga cuma 1,” pungkas Hera menutup sesi talkshow-nya.
Reporter: Laurahoney Azzahra (Teknik Pangan, 2019)