Himabio Nymphaea ITB Gelar Seminar Nasional Bentang 2017
Oleh Hanafi Kusumayudha
Editor Hanafi Kusumayudha
BANDUNG, itb.ac.id – Keanekaragaman hayati di bumi semakin cepat terkuras sebagai konsekuensi langsung maupun tidak langsung dari tindakan manusia. Banyak spesies yang sekarang terancam punah dan memerlukan intervensi manusia untuk memastikan kelangsungan hidupnya, contohnya badak jawa. Peduli terhadap isu tersebut, Himpunan Mahasiswa Biologi "Nymphaea" ITB menggelar seminar nasional Bentang 2017 bertajuk "Badak Jawa dan Masa Depan Konservasi" pada Sabtu (16/09/17). Bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Timur Lantai 4 Ruang 9231, seminar ini turut menghadirkan beberapa pembicara yang aktif mengawal isu konservasi, seperti Kiki Taufik (Global Project Leaders of Indonesia Forest Campaign at Greenpeace), Dr. U. Mamat Rahmat S.Hut, M.P. (Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon), Yuyun Kurniawan (National Rhino Conservation Coordinator WWF Indonesia), dan Dr. Adi Pancoro (Dosen ITB ahli ekologi molekular).
Seminar diawali dengan pemaparan materi dari narasumber dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dalam pemaparannya, Mamat Rahmat menyampaikan perihal manajemen habitat agar badak bisa merasa nyaman. “Salah satu caranya yaitu dengan bersikap natural dan memposisikan diri untuk tidak mengganggu, peneliti juga harus mengerti bahwa badak itu hewan yang sensitif,” tungkas Mamat. Selanjutnya, giliran Yuyun Kurniawan menyampaikan gagasannya. Menurutnya, tantangan konservasi hewan-hewan yang terancam punah adalah struktur populasi yang tidak seimbang. Apalagi bila jumlah populasi tersebut kecil, hewan akan punah dengan sendirinya bila tidak diintervensi manusia. Oleh karena itu, manusia perlu melakukan langkah-langkah strategis agar hewan tidak terancam punah. Contohnya seperti restorasi habitat asli, rehabilitasi mental hewan, dan rekayasa ekologi.
Sesi berikutnya yaitu pemaparan dari Dr. Adi Pancoro mengenai genetika konservasi. Genetika konservasi merupakan salah satu metode yang menggunakan kombinasi ekologi, biologi molekuler, genetika populasi, permodelan matematika, dan taksonomi evolusioner. Genetika konservasi sangat perlu dilakukan karena populasi yang kecil sangat sensitif terhadap perubahan. Kejadian acak yang tidak bisa diprediksi seperti bencana alam dan perubahan lingkungan dapat menyebabkan penurunan ukuran populasi secara mendadak.