HMTL ITB Aplikasikan Keilmuan lewat Proyek Rain Garden di Sekolah Menengah

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Pembangunan yang pesat di perkotaan menuntut perubahan fungsi lahan lahan terbuka hijau menjadi bangunan-bangunan perumahan, perkantoran, juga sekolah. Berkurangnya lahan terbuka hijau kemudian mengakibatkan menurunnya peresapan air hujan kedalam tanah sehingga meningkatkan debit air limpasan permukaan (runoff). Fenomena ini terjadi di Kota Bandung yang telah menjadi kota metropolitan. Salah satu rekayasa lingkungan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan lahan menyerap air adalah pembuatan rain garden.

Sebagai bagian dari keilmuan Teknik lingkungan, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB dengan bangga terlibat dalam proyek pengadaan rain garden di berbagai sekolah menengah di Kota Bandung. Proyek ini diinisiasi oleh dosen Teknik Lingkungan, Ir. Yuniati Zevi, M.T., M.Sc., Ph.D. Proyek ini telah dimulai pada tahun 2015 dan pertama kali dibangun di SMAN 1 Bandung.

Rain Garden untuk Penyerapan dan Filtrasi Air

Rain garden merupakan cekungan dangkal yang mampu menampung limpasan air hujan dari daerah disekelilingnya lau meresapkannya ke dalam tanah. Tanah di bawah taman ini dimodifikasi dengan berbagai lapisan media filtrasi, yaitu terdiri atas mulsa, mixing soil, pasir, dan kerikil. Lapisan tersebut berguna untuk menghilangkan polutan yang berbentuk padatan mapun yang terlarut di dalam air hujan.

Rain garden disinyalir dapat menciptakan kembali siklus air alami dengan adanya proses infiltrasi air. Selain itu, rain garden juga bisa mengurangi masalah kualitas air permukaan karena banyak membawa polutan dari pekarangan, perkebunan, dan halaman rumah. Taman yang direkayasa khusus ini pas untuk diterapkan di halaman gedung perkantoran maupun sekolah.

Diseminasi Rain Garden di Berbagai Sekolah Menengah Kota Bandung

Kegiatan diseminasi rain garden oleh HMTL ITB diadakan melalui beberapa tahapan. Pertama, HMTL ITB mengadakan pemilihan lokasi dengan metode survei lapangan. Daerah yang dipilih adalah daerah yang sering tergenang oleh air hujan. Selain itu, lokasi terpilih juga bergantung kepada kesediaan pihak sekolah. Kedua, HMTL ITB menandatangi MoU dengan pihak sekolah. Ketiga, HMTL ITB mengadakan sosialisasi mengenai rain garden kepada siswa-siswa di sekolah yang terpilih. Keempat, pembangunan rain garden yang melibatkan partisipasi aktif oleh sisa agar bisa mengetahui secara langsung implementasi teknologi rain garden. Sekolah dibebas-biayakan dalam proyek ini. Kelima, perawatan rain garden yang telah dibangun agar dapat selalu berfungsi dengan baik.

"Proyek rain garden kesempatan bagi anggota HMTL ITB untuk mengaplikasikan langsung ilmu yang didapat saat kuliah. Selain itu, feedback dari sekolah yang tahun lalu telah kami buatkan rain garden sangat baik sehingga proyek ini dilanjutkan di tahun ini," ungkap Yuniar Fazriani Rusmana (Teknik Lingkungan 2013) selalu Kepala Departemen Profesi HMTL ITB.

Setelah berhasil di SMAN 1 Bandung, proyek ini kemudian diadakan pula di SMAN 20 Bandung. Pada Mei 2016, HMTL ITB juga telah melakukan sosialisasi ke siswa SMPN 15 Bandung. "Alhamdulillah sekolah menanggapi proyek ini dengan antusias!" tutur Yuni.

Aksi Nyata untuk Membantu Menyelesaikan Permasalahan Lingkungan

Menurut Yuniar, proyek rain garden ini memberikan kesempatan kepada anggota HMTL ITB yang merupakan mahasiswa program studi Teknik Lingkungan ITB untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat saat kuliah. Di Teknik Lingkungan mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai masalah lingkungan, termasuk pengelolaan sumber daya air. Proyek rain garden membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam melakukan survey, sosialisasi dan pembuatan rain garden.

'Alhamdulillah antusiasme mahasiswa tinggi, terlihat dari banyaknya anggota HMTL yang tertarik terlibat dalam proyek ini. Manfaat yang maksimal didapat jika mahasiswa terlibat aktif dalam semua tahapannya," ungkap Yuni.

 

Dokumentasi oleh HMTL ITB