Hormati Kearifan Pendahulu, ITB Gelar Silahturahmi Dosen Purnabakti
Oleh Nur Huda Arif
Editor Nur Huda Arif
Dalam pidatonya, Rektor ITB mengapresiasi kehadiran para dosen terdahulu ditengah-tengah massa purnabaktinya. Menurutnya, petemuan ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, pertama adalah karena kerinduan para dosen yang masih aktif mengabdi di ITB terhadap para pendahulu-pendahulunya yang telah purnabakti. Begitu banyak kearifan yang dapat diperoleh dari mereka. Tanpa adanya mereka yang telah lebih dulu mengabdi, maka ITB tidak dapat mencapai keberhasilan seperti saat ini. Rektor ITB mengatakan, acara seperti ini nantinya akan rutin dilaksanakan dan kedepannya ITB akan memperbaiki pangkalan data dosen purnabakti agar kegiatan seperti ini dapat mengundang lebih banyak pihak.
Kedua, acara seperti ini dapat menjadi ajang pertemuan satu sama lain antar dosen purnabakti dan menjadi momen nostalgia untuk mengenang masa lalu. Ketiga, melalui kegiatan ini diharapkan mereka yang telah berpengalaman dapat menyampaikan segala saran dan masukan untuk kebijakan ITB baik sekarang maupun kedepannya. Alasan lainnya yang tak kalah penting adalah kegunaan momen-momen demikian sebagai media sharing perkembangan ITB saat ini. Rektor ITB memaparkan, dari segi keorganisasian, ITB saat ini memiliki 3 organ, pertama yaitu Majelis Wali Amanat dengan anggota 15 orang yang terdiri dari Menteri, Gubernur, Senat, Rektor Perwaklilan Dosen, Perwakilian Alumni, Perwakilan Masyarakat Umum, Perwakilan Karyawan, dan Perwakilan Mahasiswa. Kemudian hadir pula organ Senat Akademik dan Rektorat ITB. Senat Akademik juga telah membentuk Forum Guru Besar ITB. Selain itu, ITB saat ini telah memiliki satuan unit-unit, diantaranya: Satuan Pengawasan Internal (Auditor ITB), Satuan Penjamin Mutu, Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari, Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri, Direktorat Eksekutif Penerimaan Mahasiswa dan Kerjasama Pendidikan, serta Direktorat Eksekutif Kampus ITB Jatinangor.
Saat ini, ITB telah memiliki 49 Program Studi Sarjana, 52 Program Studi Master, dan 27 Pragram Studi Doktoral. Selain itu, terdapat 98 Kelompok Keahlian (KK) yang diamanati ITB untuk memberi masukan dan berperan dalam kepakaran bagi pemerintah dan masyarakat untuk berbagai masalah bangsa, seperti pada saat masalah kebakaran hutan yang terjadi beberapa waktu lalu. ITB juga mempunyai Pusat Penelitian Unggulan yang meliputi bidang pangan, energi terbarukan, ICT, material, life sciences, dan lain sebagainya. Tahun lalu ITB telah memutuskan untuk beralih dari research university ke entrepreneur university dengan 3 output, yaitu menghasilkan professional yang siap terjun di dunia kerja, menghasilkan researcher atau peneliti, menghasilkan inovator dan entrepreneur yang mampu menciptakan lapangan kerja. Menurut Rektor ITB, univesitas-universitas besar dunia, seperti: Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard University, yang telah dikategorikan sebagai entrepreneur university memiliki 8% alumninya yang kini menjadi entrepreneur.
Sebanyak 51 perusahaan start-up bentukan alumni kampus gajah ini kini juga sedang didukung ITB dalam orientation program dengan bantuan dari berbagai pihak. Selain itu, terdapat 49 inovator yang karyanya siap terjun ke industri salah satunya adalah produk katalis kembangan Dr. Subagyo dari Teknik Kimia. ITB saat ini terus memperbaiki diri untuk mencapai tiga Excellence dalam dunia pendidikan tinggi. Pertama Excellent in Teaching, yang mana proses pendidikan di ITB dijamin mutunya oleh dua pihak salah satunya Badan Akreditasi Nasional yang telah mengakreditasi ITB dengan label A paling banyak di Indonesia (lebih dari 80% untuk program sarjana, 66% untuk program magister, dan 77% untuk program doktoral). Selain itu, ada 20 program studi yang telah terakreditasi secara internasional, dengan rincian 9 dari Amerika Serikat, 7 dari Jerman, 1 dari Inggris, 1 dari Korea Selatan, dan 1 dari Jepang. Tahun ini, ITB akan menambah jumlah akreditasi internasionalnya untuk mencapai target pada tahun 2019 dimana seluruh program studi di ITB telah terakreditasi internasional kecuali program studi yang baru berdiri.
Bagian kedua adalah Excellent in research. Bagi Indonesia, ITB merupakan institusi pendidikan yang paling tertinggi dalam hal karya dan publikasi ilmiah. ITB telah membentuk program revitalisasi doktoral untuk meningkatkan jumlah mahasiswa doktoral yang kian berkualitas melalui in house Ph.D. dengan menyasar para professional atau pelaku industri yang mempunyai data lapangan dan pemikiran banyak namun tidak memiliki kesempatan untuk menghadiri perkuliahan. ITB juga telah memilki program Double Degree, dimana mahasiswa akan berkuliah di ITB separuh waktu dan sisanya di universitas lainnya serta akan memiliki dua ijazah ketika lulus. ITB juga menjalin kerjasama research dengan mahasiswa doktoral dari luar negeri untuk melakukan penelitian yang kolaboratif di ITB.
Terakhir adalah Excellent in innovation, yaitu penelitian yang telah dilakukan dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan harus mampu diimplementasikan dalam industri. Dalam bagian akhir, Prof. Dr. Soedjana Sapi'i (Ketua Rektorium ITB 1978-1979) memberikan pidato sebagai perwakilan dari dosen purnabakti yang mengusulkan perlu dibentuk sebuah club untuk dosen-dosen ITB yang telah purnabakti. Kegiatan ini ditutup dengan penampilan apik alunan kecapi dari "Sekar Priangan" dan angklung ibu-ibu anggota IWK-ITB.