IMT SIGNUM ITB Gelar Diskusi Panel Prospek 5G di Indonesia
Oleh Hanafi Kusumayudha
Editor Hanafi Kusumayudha
BANDUNG, itb.ac.id – Komunikasi menjadi hal yang sangat dekat dengan manusia. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya, komunikasi juga beralih melalui media yang berbeda. Sekarang, manusia bisa bertukar informasi dengan begitu mudahnya lewat gawai dan piranti lainnya yang terhubung ke jaringan telekomunikasi nirkabel. Menanggapi isu yang hangat tersebut, Ikatan Mahasiswa Telekomunikasi (IMT) “SIGNUM” ITB menggelar diskusi panel seputar prospek 5G di Indonesia pada Sabtu (25/11/17). Bertempat di Ruang Multimedia Lantai 4 Labtek V, diskusi ini menghadirkan tiga pakar yang sudah menelan asam garam dalam perkembangan telekomunikasi di Indonesia.
Diskusi dibuka dengan sambutan oleh Ketua Ikatan Mahasiswa Telekomunikasi ITB, Ghazy Mahendra (Teknik Telekomunikasi 2014). Selepas sambutan, diskusi dipandu oleh Rahardyan Irsyad (Teknik Telekomunikasi 2015) sebagai moderator. Pemaparan pertama disampaikan oleh Dr. Ian Joseph Matheus Edward, MT. dengan materi “Prospek 5G di Indonesia”. Ian menyampaikan bahwa pada masa depan, semua perangkat akan terhubung pada Internet of Things (IoT). Oleh karena itu, perkembangan jaringan seperti 5G, 6G, dan seterusnya mutlak diperlukan. Dengan adanya 5G, diharapkan transmisi informasi menjadi lebih efektif dan efisien baik dari segi kecepatan, time delay, maupun daya yang digunakan. Namun demikian, perkembangan 5G di Indonesia dihadapkan dengan masalah yang cukup kompleks. Seperti persaingan dengan jaringan 4G yang baru saja ramai di Indonesia, birokrasi dan regulasi dari pemerintah, maupun masalah sosial seperti kesiapan masyarakat menghadapi perubahan. Oleh karena itu, Ian mendorong mahasiswa ITB agar bisa melakukan edukasi pada masyarakat agar menjadi pengguna yang cerdas.
Selanjutnya, pemaparan kedua dengan tema 5G dan IoT dari sisi Regulasi disampaikan oleh Dr. Agung Harsoyo ST, M.Sc. Menurut Agung, yang terpenting dalam pengelolaan telekomunikasi yaitu spectrum management harus dikelola agar harmonis. Selain itu, kolaborasi mengenai regulasi dengan pemerintah mutlak diperlukan. Kolaborasi tersebut mencakup infrastruktur, pendanaan, dan pemanfaatan. Narasumber terakhir yaitu Dr. Ir. Joko Suryana yang mengangkat tema “Penelitian Teknologi 5G di LTRGM STEI ITB”. Judul penelitian yang sudah Joko angkat yaitu “Pengembangan Prototipe Sistem 5G ITB Pita sub 6 GHz berbasis MIMO 10x10 Bitrate 1 GBps.” Bagi Joko, penelitian ini membuktikan bahwa ITB tidak ketinggalan dari negara lain di bidang 5G. Joko juga mendorong mahasiswa ITB untuk berani melakukan penelitian, “jangan minder,” imbuhnya. Kemandirian dalam penelitian amat penting dimiliki oleh mahasiswa ITB agar di masa depan Indonesia bisa memiliki standardnya sendiri, tanpa harus mengikuti standard negara lain.