Indonesia Textile Industry Outlook: Melihat Proses Produksi dan Tantangan Industri Tekstil
Oleh Rafie Altaf Pramantya - Mahasiswa Teknik Geofisika, 2022
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Indonesia Textile Industry Outlook diadakan di Design Center, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB). Indonesia Textile Industry Outlook merupakan guest lecture kolaborasi antara Cloami, Harapan Kurnia Textile Indonesia, Prodi Kriya FSRD ITB, dan Design Centre FSRD ITB. Guest lecture ini memberikan wawasan tentang proses produksi, tantangan kualitas, inovasi terbaru, serta peluang karier dalam sektor tekstil.
Saat memasuki tempat guest lecture, peserta baik dari dalam dan luar ITB, seperti dari Telkom University, Universitas Tadulako, dan Universitas Indonesia, disuguhkan beberapa kain dengan motif yang unik.
Terdapat 3 sesi guest lecture ini: Talkshow, QnA, dan fashion show dalam rangka pameran UAS Mahasiswa Kriya semester genap 2024. Direktur Harapan Kurnia Textile Indonesia, Kevin Hansen Kurnia, menjadi pemateri dalam guest lecture tersebut.
Perusahaan yang dimiliki Pak Hansen, Harapan Kurnia Textile Indonesia, telah berdiri lebih dari 45 tahun. Saat ini, perusahaan tersebut mampu memproduksi 20 ton kain per hari dan sudah melakukan ekspor ke 6 negara. Industri tekstil cukup banyak menyerap tenaga kerja sehingga industri ini dipandang mampu untuk menjawab tantangan bangsa ke depannya.
Beliau menjelaskan, untuk melakukan produksi setidaknya terdapat 4 tahapan yang harus dilakukan.
1) Spinning process, transformasi serat menjadi benang menggunakan mesin pemintalan modern. Ini merupakan tahapan krusial. Proses yang dilakukan berawal dari fiber preparation, carding, drawing, roving, dan diakhiri dengan winding.
2) Knitting process, mesin rajut membuat kain dengan membentuk simpul benang yang saling bertautan. Digunakan dua tipe mesin, circular knitting machine untuk memproduksi kain berbentuk tabung (biasanya untuk pakaian mulus) dan flat knitting machine untuk menghasilkan kain datar dan menciptakan pola yang lebih kompleks.
3) Printing process, melibatkan penerapan warna pada bagian tertentu dari kain untuk membuat pola. Proses yang dilakukan meliputi pretreatment, coating, printing, steaming, washing, dan finishing.
Dalam melakukan produksi, perlu diperhatikan tipe benang yang akan digunakan. Beberapa jenis formation di antaranya adalah single jersey, purl knit, 1x1 rib (untuk bagian leher), 2x2 rib, interlock, single pique, french terry, pillar stitch, dan masih banyak lagi. Pabrik tekstil ini pun bergerak di bidang pencelupan yang melalui empat tahapan: Pretreatment, dyeing, washing (supaya tidak luntur), dan finishing.
4) Quality Control (QC) Process: inspeksi, testing, dan evaluasi. Apabila QC process yang digunakan tinggi maka harga produk yang dihasilkan juga akan tinggi.
Saat ini, harus mulai digaungkan sustainable dalam praktik industri tekstil, seperti smart textile, nanoteknologi, energi efisien, waste reduction, dan social responsibility, maupun inovasi dan research di tekstil berupa new material, teknik produksi yang efektif, dan kolaborasi penelitian. Tantangan ke depan yang dihadapi pabrik tekstil di antaranya adalah biaya, edukasi dan awareness, serta inovasi dan kolabroasi.
Reporter: Rafie Altaf Pramantya (Teknik Geofisika, 2022)