Inkubuku, Usaha Wujudkan Bandung Sebagai Kota Membaca
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Inkubator buku, begitulah Cahyoga menyebut asal nama Inkubuku. Berawal dari semua anggota memiliki prinsip yang sama yaitu buku sebagai wadah belajar dan sumber informasi bagi orang-orang yang belajar secara otodidak. "Daripada buku yang sudah kami baca diam di kamar, lebih baik kami pinjamkan secara gratis ke orang luar yang membutuhkan," ungkap Cahyoga. Ia menyadari di Indonesia, khususnya Kota Bandung, daerah asalnya, masih banyak warga Kota Bandung yang kesulitan untuk mendapatkan buku, terutama di daerah kampung-kota.
Get, give, and share idea through the book. Begitulah tagline yang dibawa oleh Inkubuku untuk mewujudkan Inkubuku sebagai tempat lahir, tumbuh, serta berkembangnya ide melalui media buku. Dalam websitenya, tim Inkubuku menuliskan, 'Inkubuku lahir dari ide, tumbuh dan berkembang serta dipupuk oleh semangat berbagi, serat sebagai sebuah perubahan yang membawa impian agar membaca dapat membudaya. Namun kami sadar sepenuhnya, perubahan takkan terjadi tanpa tindakan.'
Setiap Selasa dan Jumat pukul 13.00-16.00, biasanya tim Inkubuku akan membuka stan peminjaman buku dengan kendaraan pribadi di taman-taman kota. Ini merupakan salah satu cara Inkubuku dalam mendistribusikan buku-buku koleksinya. Tidak hanya meminjamkan buku, tetapi Inkubuku juga biasanya menulis resensi buku untuk menarik minat baca masyarakat.
Pinjam dan Titipkan Buku Gratis
Inkubuku membuat cara yang mudah untuk peminjaman buku. Hubungi tim Inkubuku untuk meminjam buku yang telah dipilih di katalog. Kemudian bertemu di tempat yang telah dijanjikan. Begitu juga untuk menitipkan buku. Buku yang dititipkan akan dicatat di katalog yang ada di website Inkubuku. Nantinya, buku-buku tersebutlah yang akan dipinjamkan secara gratis untuk masyarakat.
Kini telah terkumpul sekitar 200 buku yang siap untuk dipinjamkan gratis dan sudah terdapat 60 peminjam yang tercatat. Tidak hanya buku ilmu pengetahuan seperti Foundation of Mathemathics Second Edition, Inkubuku juga menyediakan buku cerita atau novel seperti The Hunger Games. "Dunia tidak sesempit yang kita ketahui melalui ilmu pengetahuan, tetapi juga imajinasi yang dituliskan dalam buku cerita," ungkap Cahyoga.
Tim Inkubuku beranggotakan 5 orang yaitu Zahra Sausan P. (DKV 2010), Syahbaniati Putri (Teknik Lingkungan 2009), Cahyoga Agung Y. (Teknik Lingkungan 2009), Yufienda Novitasari (Teknik Lingkungan 2009), dan Gede Surya Marteda (Teknik Lingkungan 2009) ini melihat bahwa buku juga memiliki potensi sebagai media iklan yang menarik. Tantangan utama dari usaha mereka ini adalah untuk terus menarik minat masyarakat agar mulai gemar membaca buku. "Sampai saat ini kami masih fokus ke peminjaman buku untuk mengembangkan dan memperluas anggota serta database buku terlebih dahulu," tutur Gede. Baginya, untuk mengembangkan Inkubuku ke arah lain perlu dipertimbangkan terlebih dahulu potensi-potensi yang ada.
Pada akhir wawancara, Cahyoga berharap agar masyarakat tergerak untuk mulai membaca buku, kemudian setelah membaca akan mulai untuk menulis buku sehingga lebih banyak lagi bisa berbagi dan memberi manfaat. Tentunya juga agar Inkubuku bisa meraih visinya yaitu memfasilitasi Kota Bandung sebagai kota membaca.