Tujuh Mahasiswa Arsitektur ITB Ikuti Konferensi Arsitektur Internasional di Seoul

Oleh Amelia Rahma Faustina

Editor Amelia Rahma Faustina

BANDUNG, itb.ac.id - Mewakili ITB dan juga Indonesia, tujuh mahasiswa Program Studi Arsitektur ITB mengikuti konferensi internasional bertajuk "Our Living Heritage - Industrial Buildings and Sites of Asia" yang diadakan oleh modern Asian Architecture Network (mAAN) bertempat di Seoul, Korea Selatan pada 25-27 Agustus 2011.

Ketujuh mahasiswa Arsitektur tadi membawakan studi kasus bangunan industri yang ada di Indonesia ke dalam konferensi tersebut. Pusfita Handayani (Arsitektur 2008) mempresentasikan tulisannya mengenai bangunan industri yang ada di Balikpapan sebagai salah satu bentuk penerapan modernitas di industrial heritage yang dapat membuat situs bersejarah tersebut sebuah bagian dari masyarakat.  Sementara itu keenam mahasiswa lainnya, yaitu Pandu B. Siswotomo, Annisa Nurrizka, Annisa Sukma, Athina Ardhyanto, Talitha Dyah, dan Fadia Rahmah (Arsitektur 2008) mempresentasikan video yang mereka buat mengenai bangunan pabrik susu yang ada di Pangalengan, Bandung.

Konferensi tersebut menitik beratkan pada permasalahan industrial heritage, bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi yang situs warisan industri hadapi sekarang di negara-negara Asia. Seiring dengan perkembangan arsitektur, bangunan agama, dan arsitektur perumahan, bangunan industri merupakan bagian penting dari dalam sejarah yang telah lama terabaikan.

Telah ada banyak usaha untuk melestarikan dan merevitalisasi warisan ini dalam beberapa tahun terakhir, dan beberapa dari usaha tersebut menyebabkan prestasi yang berarti. Namun sayangnya, tidak ada solusi universal yang dapat berlaku secara menyeluruh untuk masalah ini, karena sisa-sisa industri negara masing-masing di bawah kondisi politik, ekonomi, dan praktis yang berbeda.

Mewakili Karya Pelajar

Tim dari ITB bersama dengan dua mahasiswa dari Semarang merupakan satu-satunya kelompok pelajar yang menghadiri konferensi tersebut bersama-sama dengan praktisi dan arsitek kaliber internasional. Membawakan karyanya dalam forum internasional untuk pertama kali, Pusfita mengaku bersemangat meskipun sempat merasa was-was karena disaksikan oleh arsitek-arsitek senior yang sudah profesional di bidangnya.

"Harga yang harus dibayar demi sebuah pengalaman berharga presentasi di konferensi seperti ini, ya rasa deg-degannya," ujar gadis yang biasa dipanggil Ipus tersebut. "Praktisi dan prara profesional itu sangat mengapresiasi karya pelajar yang ditampilkan," tambahnya lagi.

Sumber foto: Dokumentasi Talitha