Inovasi Pupuk Ramah Lingkungan, 2 Mahasiswa SITH ITB Raih Juara 3 di POISE UGM 2024

Oleh Helga Evangelina - Mahasiswa Rekayasa Pertanian, 2021

Editor Anggun Nindita

Hasya dan Wynona meraih Juara 3 pada kompetisi Process Engineering Series of Events (POISE) yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada (Dok. Hasya & Wynona)

JATINANGOR, itb.ac.id - Dua mahasiswa Rekayasa Pertanian Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Hasya Atqiya dan Wynona Maisan Athaya berhasil meraih Juara 3 pada kompetisi Process Engineering Series of Events (POISE) yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dari Agustus hingga November 2024.

Kompetisi ini mengusung tema "Empowering Industry Innovation: Cultivating Sustainable Future for the Green Economy", dan mengajak para peserta untuk menghadirkan solusi berkelanjutan yang mendukung konsep ekonomi hijau. Mereka bersaing dengan peserta dari universitas-universitas ternama, seperti Universitas Indonesia dan UGM. Dalam kompetisi ini, Hasya dan Wynona menawarkan inovasi controlled release fertilizer atau CRF yang dirancang untuk mengoptimalkan pelepasan nutrisi pada pupuk yang ramah lingkungan.

Controlled release fertilizer (CRF) yang digunakan dalam inovasi ini memanfaatkan asam humat majemuk dan bakteri Pseudomonas spp. Asam humat mengandung material organik seperti residu tumbuhan dan hewan sehingga mampu meningkatkan kesehatan tanah dengan meningkatkan penyimpan karbon pada tanah. Sementara itu, Pseudomonas spp., terbukti mampu mendukung pertumbuhan tanaman serta menjaga ekosistem tanah.

Kemudian, pupuk ini dilapisi dengan kitosan, polimer dari limbah kulit hewan, yang diperkuat dengan alginat, polisakarida dari rumput laut cokelat. Lapisan kitosan-alginat ini akan memberikan kekuatan material yang tinggi, pelepasan nitrogen yang terkontrol, dan retensi kelembaban tanah yang baik. Dengan teknologi lapisan multilayer ini, nutrisi yang terkandung di dalam pupuk akan terlindungi dari degradasi sebelum diserap oleh tanaman. Inovasi ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk permasalahan di sektor pertanian, terutama untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan menjaga lingkungan.

Dalam implementasinya, Hasya dan Wynona menggunakan pendekatan Business Model Canvas (BMC) untuk merancang strategi bisnis yang mencakup promosi melalui kampanye komunitas dan iklan digital seperti Facebook Ads. Mereka juga menargetkan petani hortikultura sebagai segmen utama pelanggan, mengingat kebutuhan mereka akan solusi pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Selain itu, inovasi pupuk mereka dapat menekan biaya produksi pupuk dengan memanfaatkan bahan baku yang sebagian besar berasal dari limbah pertanian, seperti kitosan yang diolah dari limbah kulit udang dan kepiting, serta asam humat yang dihasilkan dari residu tumbuhan dan hewan. Pendekatan ini tidak hanya membuat inovasi produk yang lebih efisien secara ekonomis, tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan limbah sebagai sumber daya bernilai.

Meski ini merupakan kompetisi pertama bagi Hasya dan Wynona, mereka berhasil membuktikan bahwa kerja keras mereka dapat membawa hasil yang memuaskan.

"Awalnya kami cukup grogi dan merasa kurang optimis karena ini kompetisi pertama kami, tetapi kami berusaha fokus pada apa yang bisa kami sampaikan," ungkap Hasya.

Hasil kerja keras mereka pun akhirnya terbayar dengan pencapaian sebagai salah satu pemenang dalam kompetisi tingkat nasional ini.

Reporter: Helga Evangelina (Rekayasa Pertanian, 2021)

#prestasi #prestasimahasiswa #sith