Integrative Business Experience SBM: The Best Idea 2005
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB meraih peringkat pertama dalam The Best Ideas 2005 versi majalah Swa untuk kategori non-teknologi. SBM ITB mengangkat mengenai konsep IBE (Integrative Business Experience) dengan makalah berjudul Integrative Business Experience di School of Business and Management ITB. Makalah ini disusun oleh empat dosen SBM ITB, Wawan Dhewanto, Budi Permadi Iskandar, Dwi Larso, dan Isrochmani Murtaqi.
Kompetisi ide bisnis terbaik ini sebenarnya dalam kerangka The Innovation Award 2005 yang diselenggarakan oleh majalah Swa, bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) dan lembaga riset MARS. Ide bisnis yang dimaksudkan di sini adalah konsep kreatif atau inovatif dalam hal produk, pemasaran, manajemen, maupun proses produksi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu, dapat juga berupa gagasan bisnis baru atau pengembangan dari yang sudah ada. Yang diutamakan adalah konsep atau ide yang bisa diaplikasikan tapi belum dikomersialkan.
Naskah sejumlah 77 yang masuk ke panitia dikelompokkan menjadi dua, kategori non-teknologi (29) dan kategori teknologi (48). Dewan juri yang menilai dalam The Best Ideas 2005 ini adalah Palgunadi T Setiawan (praktisi bisnis dan mantan direksi Astra Group), Wahono Sumaryono (Deputi Chairman BPPT), Ashwin Sasongko (Sekretaris Jendral Departemen Informasi dan Komunikasi RI), Lilik Gani (Kepala Pusat Audit Teknologi BPPT), Kemal E Gani (Pemimpin Umum Majalah Swa).
Integrative Business Experience SBM ITB yang menjadi main idea makalah ini sebenarnya merupakan program di SBM ITB yang diadopsi dari pembelajaran dari Price College of Business, University Oklahoma; program ini selanjutnya juga dikembangkan di Universitas Negri Central Missouri, Amerika Serikat oleh Prof. Larry Michaelsen. Dalam kerangka adopsi program IBE ini, SBM ITB secara langsung mengundang Prof. Michaelsen agar IBE disesuaikan dengan kondisi mahasiswa dan sistem pendidikan di Indonesia.
IBE akan mulai diterapkan di mahasiswa S1 SBM angkatan 2003 sejak September 2005 ini. Angkatan 2003 itu, kemudian, dibagi menjadi kelompok yang masing-masing terdiri dari 28-29 mahasiswa. Setiap kelompok harus menelurkan suatu proposal bisnis yang nanti akan diajukan kreditnya pada Bank Niaga sebagai kreditur. Tiap bisnis yang akan dibangun akan meminjam hingga 40 juta dari Bank Niaga. Sebagai agunan, para mahasiswa akan mengagunkan barang-barang berharga milik mereka sendiri, seperti laptop, ponsel, dan sebagainya. Dalam kerangka IBE, SBM memang berusaha mengajak mahasiswanya untuk langsung terjun membangun bisnis 'from scratch'.
Program IBE sendiri dimulai September 2005. Periode September-Desember 2005 ini merupakan periode pengenalan management practice dan targentnya proposal bisnis tiap kelompok dapat diterima oleh Bank Niaga. Semester ganjil 2006, bisnis mereka akan mulai berjalan. Uniknya, semester pendek 2006 program IBE akan rampung dan keuntungan yang didapat dari program IBE ini akan digunakan untuk keperluan sosial.
Diharapkan program IBE ini akan mencetak wirausaha-wirausaha baru dan handal bagi Indonesia.